Rabu, 02 April 2014

Aqidah Tauhid



Definisi Tauhid dan Ilmu Tauhid
Tauhid dalam bahasa artinya menjadikan sesuatu esa. Yang dimaksud disini adalah mempercayai bahwa Allah itu esa. Sedangkan secara istilah ilmu Tauhid ialah ilmu yang membahas segala kepercayaan-kepercayaan yang diambil dari dalil-dalil keyakinan dan hukum-hukum di dalam Islam termasuk hukum mempercayakan Allah itu esa. Seandainya ada orang tidak mempercayai keesaan Allah atau mengingkari perkara-perkara yang menjadi dasar ilmu tauhid, maka orang itu dikatagorikan bukan muslim dan digelari kafir. Begitu pula halnya, seandainya seorang muslim menukar kepercayaannya dari mempercayai keesaan Allah, maka kedudukannya juga sama adalah kafir. Ilmu Tauhid terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
1.      Wajib
Wajib dalam ilmu Tauhid berarti menentukan suatu hukum dengan mempergunakan akal bahwa sesuatu itu wajib (mutlak) atau tidak boleh tidak harus demikian hukumnya. Hukum wajib dalam ilmu tauhid ini ditentukan oleh akal tanpa lebih dahulu memerlukan penyelidikan atau menggunakan dalil.
2.      Mustahil
Mustahil dalam ilmu tauhid adalah kebalikan dari wajib. Mustahil dalam ilmu tauhid berarti akal mustahil bisa menentukan dan mustahil bisa menghukum bahwa sesuatu itu harus demikian. Hukum mustahil dalam ilmu tauhid ini bisa ditentukan oleh akal tanpa lebih dahulu memerlukan penyelidikan atau menggunakan dalil.
3.      Jaiz (Mungkin)
Jaiz (mungkin) dalam ilmu tauhid ialah akal kita dapat menentukan atau menghukum bahwa sesuatu benda atau sesuatu dzat itu boleh demikian keadaannya atau boleh juga tidak demikian. Atau dalam arti lainya mungkin demikian atau mungkin tidak. Contohnya: penyakit seseorang itu mungkin bisa sembuh atau mungkin saja tidak bisa sembuh. Seseorang adalah dzat dan sembuh atau tidaknya adalah hukum jaiz (mungkin). Hukum jaiz (Mungkin) disini, tidak memerlukan hujjah atau dalil.
Nama lain dari Ilmu Tauhid
1.      Ilmu Kalam
Disebut Ilmu Kalam karena pembicaraan pokok yang dipersoalkan pada permulaan Islam adalah firman (kalam) Allah yaitu Al-Quran, apakah ia makhluk diciptakan (non azali) atau tidak diciptakan (azali). Dasar pembicaraan Ilmu Kalam adalah dalil-dalil akal pikiran sehingga kelihatan mereka ahli bicara. Dalil naqli baru digunakan sesudah ditetapkan kebenaran persoalan dari segi akal pikiran. Pembuktian kepercayaan agama sangat mirip dengan falsafah logika, maka untuk membedakannya disebut dengan Ilmu Kalam.
2.      Ushuluddin
Disebut Ilmu Ushuluddin (ilmu aqaid) karena pokok pembicaraannya adalah dasar-dasar kepercayaan agama yang menjadi pondasi agama Islam.
3.      Aqidah
Diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ikatan, Secara istilah syar’i aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.

Manfaat Mempelajari Ilmu Tauhid
Tauhid tidak hanya sekedar diketahui dan dimiliki oleh Seseorang, tetapi lebih dari itu, ia harus dihayati dengan baik dan benar, kesadaran seseorang akan tugas dan kewajiban sebagai hamba Allah akan muncul dengan sendirinya. Hal ini nampak dalam hal pelaksanaan ibadat, tingkah laku, sikap, perbuatan, dan perkataannya sehari-hari. Maksud dan tujuan tauhid bukanlah sekedar mengakui bertauhid saja tetapi lebih jauh dari itu, sebab tauhid mengandung sifat-sifat:
1.      Sebagai sumber dan motifator perbuatan kebajikan dan keutamaan.
2.      Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
3.      Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan dan kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan.
4.      Mengantarkan manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.
Manfaat ilmu tauhid bagi kehidupan manusia adalah sebagai pendoman hidup yang dengannya manusia bisa terbimbing ke jalan yang diridhoi Allah dan dengan tauhid manusia bisa menjalani hidup sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Allah SWT. Dengan tauhid manusia tidak hanya bebas dan merdeka, melainkan juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia lain manapun. Tidak ada manusia yang superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Suatu hal yang tidak bisa dilupakan adalah bahwa komitmen manusia-tauhid tidak saja terbatas pada hubungan vertikalnya dengan tuhan, melainkan juga mencakup hubungan Horizontal dengan sesama manusia dan seluruh makhluk, dan hubungan-hubungan ini harus sesuai dengan kehendak Allah. Sampai dengan misi ini tauhid dapat mewujudkan sesuatu bentuk kehidupan social yang adil dan etis. Dalam kontek pengembangan umat, tauhid berfungsi antara lain mentranformasikan setiap individu yang meyakininya menjadi manusia yang memiliki sifat-sifat mulia yang membebaskan dirinya dari setiap belenggu sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Dengan demikian, akan muncul manusia-manusia tauhid yang memiliki cirri-ciri positif yaitu:
1.    Memiliki komitmen utuh pada tuhannya.
2.    Menolak pedoman hidup yang datang bukan dari Allah.
3.    Bersikap progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap terhadap kualitas  kehidupannya, adat-istiadatnya, tradisi dan faham hidupnya.
4.    Tujuan hidupnya jelas. Ibadatnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya hanyalah untuk Allah semata.
5.    Meimiliki visi jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya bersama manusia lain; suatu kehidupan yang harmunis antara manusia dengan Tuhannya, dengan lingkungan hidupnya, dengan sesama manusia dan dengan dirinya sendiri.
Oleh karena itu, Nampak jelas bahwa tauhid memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia. Bila setiap individu memiliki kometmen tauhid yang kokoh dan utuh, maka akan menjadi suatu kekuatan yang besar untuk mambangaun dunia yang lebih adil. Karena ilmu tauhid merupakan hasil kajian para Ulama’ terhadap al-Qur’an dan Hadist, maka jelas, sumber ilmu tauhid adalah alQur’an dan Hadist. Namun dalam pengembangannya, kedua sumber di hidup suburkan oleh rasio dan dalil-dalil aqli.
Ruang Lingkup Ilmu Tauhid
Aspek pokok dalam ilmu Tauhid adalah keyakinan akan eksistensi Allah Yang Maha Sempurna. Karena itu, ruang lingkup pembahasan dalam ilmu tauhid yang pokok adalah:
  1. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT atau mabda. Dalam bagian ini termasuk pula masalah takdir.
  2. Hal-hal yang berhubungan dengan utusan Allah sebagai perantara antara manusia dan Allah, atau disebut pula wasithah. Meliputi : Malaikat, Nabi/Rasul, dan kitab-kitab suci.
  3. Hal-hal yang berhubungan dengan hari yang akan datang, atau disebut juga ma’ad, meliputi : surga, neraka, dan sebagainya.
Ketiga ruang lingkup di atas terangkum dalam pembahasan rukun iman, yaitu Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-Kitab, Rasul-Rasul, hari Kiamat, dan iman kepada qadha dan qadar.
1.      Iman kepada Allah
Yang dimaksud dengan iman kepada Allah ialah percaya sepenuhnya, tanpa keraguan sedikitpun, akan adanya Allah SWT Yang Maha Esa dan Maha Sempurna, baik zat, sifat, maupun af’al (perbuatan)-Nya. Kemudian mengkuti sepenuhnya bimbingan Allah dan Rasul-Nya serta melaksanakan perintah dan menjauhi Larangan-Nya dengan penuh keikhlasan.
Keimanan seseorang kepada Allah ini sangat berpengaruh terhadap hidup dan kehidupannya, antara lain :
1.      Ketakwaannya akan selalu meningkat.
2.      Kekuatan batin, ketabahan, keberanian, dan harga dirinya akan timbul karena ia hanya mengabdi kepada Allah dan meminta pertolongan kepada-Nya. Tidak kepada yang lain.
3.      Rasa aman, damai, dan tentram akan bersemi dalam jiwanya karena ia telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.

2.      Iman kepada Malaikat
Iman kepada malaikat mengandung arti bahwa seseorang percaya sepenuhnya bahwa Allah mempunyani sejenis makhluk yang disebut malaikat, makhluk mulia yang tidak pernah durhaka kepada Tuhan dan senantiasa taat menjalankan tugas dan kewajibannya.
Keimanan kepada malaikat membawa pengaruh positif bagi seseorang, antara lain ia akan selalu berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatan sebab malaikat selalu berada di dekatnya, merekam apa yang ia katakana dan ia perbuat itu.
3.      Iman kepada Kitab-kitab Allah
Beriman kepada kitab-kitab Allah ialah mempercayai bahwa Allah menurunkan beberapa kitab kepada Rasul untuk menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi manusia dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para Rasul itu cukup banyak, namun yang secara jelas disebutkan di dalam Al-Quran hanya empat yaitu Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an. Masing-masing kitab tersebut diturunkan kepada Nabi Musa, Daud, Isa dan Muhammad. Pengaruh-pengaruh keimanan kepada kitab-kitab Allah terhadap seseorang antara lain:
1.      Mendidik toleransi terhadap pemeluk agama lain.
2.      Memberikan keyakinan yang penuh bahwa al-Qur’an adalah kitab suci yang paling lengkap dan sempurna, lebih baik dari kitab-kitab suci lainnya, karena ia diturunkan kemudian dan merupakan kitab suci terakhir dari Allah SWT.
4.      Iman kepada Nabi/ Rasul
Pengertiannya beriman kepada nabi dan rasul ialah keyakinan dan kepercayaan bahwa Allah telah memilih beberapa orang di antara manusia, memberikan wahyu kepada mereka, dan menjadikan mereka sebagai utusan (rasul) untuk membimbing manusia ke jalan yang benar.
Para ulama biasanya membedakan antara nabi dan rasul. Nabi adalah seseorang yang menerima wahyu untuk dirinya sendiri tanpa kewajiban menyampaikan wahyu itu kepada umat.
Sedangkan rasul adalah seseorang yang menerima wahyu dari Tuhan untuk dirinya dan untuk orang lain (umat). Rasul dibebani tugas menyampaikan wahyu tersebut kepada kaum dan umatnya. Jumlah nabi/ rasul yang dicantumkan Allah di dalam Al-Qur’an adalah 25 orang.
Dampak positif dari beriman kepada nabi dan rasul ini antara lain :
1.      Menebalkan rasa toleransi beragama.
2.      Memberi keyakinan bahwa misi para rasul adalah untuk membahagiakan umat manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
3.      Mempertebal keimanan dan kecintaan kepada Allah SWT sebab Allah dengan penuh cinta dan kasih-Nya selalu mengutus rasul untuk membimbing umat manusia agar mereka tidak tersesat dan dapat mencapai kebahagiaan hidup.
5.      Iman kepada Hari Kiamat
Yang dimaksud dengan hari kiamat (hari akhir) ialah hari kehancuran alam semesta. Segala yang ada di dunia ini akan musnah dan semua makhluk hidup akan mati. Selanjutnya alam berganti dengan yang baru disebut dengan alam akhirat.
Hal-hal yang berhubungan dengan hari kiamat ini antara lain adalah al-ba’ts (kebangkitan dari kubur), hisab (perhitungan amal baik dan buruk manusia yang dilakukan selama ia berada di dunia), al-shirath (jalan yang terbentang di atas punggung neraka), surga, dan neraka.
Keimanan kepada hari kiamat memberikan pengaruh positif bagi kehidupan manusia :
1.      Manusia akan senantiasa menjaga dan memelihara diri dari melakukan perbuatan dosa dan maksiat dan akan selalu taat dan bakti kepada Tuhan karena segala amal, baik atau buruk akan ada balasannya di hari akhirat.
2.      Manusia akan sabar dalam menghadapi segala cobaan dan penderitaan hidup karena ia yakin bahwa kesenangan dan kebahagiaan hidup yang sesungguhnya adalah di akhirat nanti.
3.      Manusia memiliki tujuan yang jelas yang ingin dicapai dalam setiap gerak dan tindakan yang dilakukannya, yaitu kebijakan yang dapat membawanya kepada kebahagiaan hidup di akhirat.

6.      Iman kepada Qadha dan Qadar
Beriman kepada qadha dan qadar berarti seseorang mempercayai dan meyakini bahwa Allah SWT telah menjadikan segala makhluk dengan kudrat dan iradat-Nya dan dengan segala hikmahnya. Qadha artinya ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah SWT dalam alam semesta. Misalnya, bulan mengedari bumi, api sifatnya membakar, dan benda tajam sifatnya melukai. Sedangkan qadar berarti sesuatu yang belum ditetapkan benar-benar, tetapi jika diqadhakan barulah ia menjadi kenyataan. Iman kepada qadha dan qadar atau sering pula disebut iman kepada takdir sama sekali tidak dimaksudkan untuk menjadikan manusia lemah, pasif, statis dan apatis. Manusia yang menyerah tanpa usaha. Manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh yang beriman kepada qadha dan qadar antara lain:
1.      Mendorong lahirnya keberanian dalam menegakkan kebenaran.
2.      Menimbulkan ketenangan jiwa dan pikiran, tidak putus asa dalam menghadapi setiap persoalan, dan selalu tawakal kepada Allah SWT.
3.      Inti ajaran islam itu adalah tauhid dan lebih dalam lagi adalah pengakuan yang bulat bahwa Tuhan adalah Allah kemudian berpegang teguh (istiqamah) terhadap pengakuan itu.
Masalah-Masalah yang Bertentangan dengan Tauhid
Secara garis besar, masalah-masalah yang bertentangan dengan tauhid adalah kekafiran, kemusyrikan, kemuradan, dan kemunafikan.
1.      Kafir : Tidak percaya/ beriman kepada Allah.
2.      Musyrik : Beriman tidak hanya kepada Allah (menyekutukan Allah).
3.      Murtad : Sebelumnya beriman, kemudian keluar dari Islam.
4.      Munafik : Secara lahiriah beriman kepada Allah, tetapi secara batiniah tidak beriman.
Macam-macam Tauhid
Tauhid dibagi menjadi empat macam, yaitu tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah, tauhid asma’ wa sifat, dan tauhid af’al. Adapun penjelasannya akan diuraikan satu demi satu.
1.      Tauhid Rububiyyah
Secara literal, term atau istilah ’Rububiyyah’  berasal dari kata ’Rabb’ dan berarti pemelihara, pengasuh, penolong, pengusa, pengatur, pelindung, pendidik, dan pencipta alam semesta seisinya, lengkap dengan hukum-hukum yang berlaku atau secara teknis disebut sunnatullah di dalamnya. Kemudian, secara praktis tauhid Rububiyyah adalah beriman bahwa Allah sebagai pencipta, penguasa, dan pengatur segala sesuatu yang ada di alam semesta. Tauhid rububiyyah meliputi antara lain: Beriman kepada Allah sebagai  Yang Berbuat, seperti mencipta, memberi rezeki, mematikan dan menghidupkan. Beriman bahwa  Allah lah  yang menentukan qada’ dan qadar yang berlaku bagi setiap makhluk.
2.      Tauhid Uluhiyyah
Arti literal term ’Ilah’ adalah Tuhan yang disembah. Dari kata ‘Ilah’ setelah dibentuk menjadi term ‘uluhiyyah’ berarti hal-hal yang terkait dengan persembahan. Kata ‘Ilah’ (Tuhan) menunjuk nama tertentu, dalam Islam ‘Ilah’ itu adalah Allah swt. Dengan demikian, yang dimaksud dengan tauhid uluhiyyah adalah meyakini bahwa hanya Allah saja lah yang berhak disembah atau diibadahi, termasuk di dalamnya adalah disucikan, dihormati, dimohoni pertolongan, dipuja dan dipuji, disanjung, diagungkan, dan dijadikan dasar bersumpah dalam meyakinkan suatu kebenaran – umpama tidak mengakui tuduhan berzina karena memang tidak melakukannya.
3.      Tauhid Asma’ wa Sifat
Beriman bahwa Allah itu memiliki sifat dan nama yang hanya dimiliki Allah semata, meskipun secara bahasa ada kesamaan dengan sifat yang dimiliki manusia atau secara umum makhluk. Sifat-sifat makhluk, termasuk manusia sangat terbatas, sedanf sifat Allah tidak terbatas. Manusia memang memiliki sifat cinta kasih, sekali lagi, amat terbatas. Cinta kasih Allah tidak terbatas, cinta kasih-Nya dicurahkan kepada kepada seluruh makhluk secara abadi. Itulah yang dimaksud dengan ar-Rahmaan dan ar-Rahiim.
4.       Tauhid Af’al
Yang dimaksud  dengan tauhid af’aal adalah meyakini bahwa di dalam menciptakan alam semesta ini hanya Allah sendiri, tidak ada syarikat pada-Nya, dan tidak membutuhkan bantuan apa dan siapa pun. Jika Allah berkehendak terhadap sesuatu Dia hanya cukup berfirman ’kun’ dan pasti terjadi.
Bukti Adanya Allah SWT
Sebenarnya masalah tentang keberadaan Allah SWT sudahlah nyata, bahkan suatu hakikat yang tidak perlu diragukan lagi persoalannya. Tidak ada jalan untuk mengingkarinya. Persoalan tentang keberadaan Allah SWT adalah terang benderang bagaikan cahaya fajar diwaktu pagi yang cerah. Semua yang ada dilingkungan alam semesta ini pun dapat digunakan sebagai bukti tentang adanya Tuhan (Allah SWT), bahkan benda-benda yang terdapat disekitar alam semesta dan unsur-unsurnya dapat pula mengokohkan atau membuktikan bahwa benda-benda itu pasti ada pencipta dan pengaturnya.
1.      Alam Semesta adalah Pengokohan Wujud Maha Pencipta
Periksalah alam cakrawala yang ada diatas kita, yang didalamnya itu terdapat matahari, bulan, bintang dan sebagainya. Demikian pula alam yang berbentuk bumi ini dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya baik yang berupa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda padat, juga perihal adanya hubungan yang erat dengan perimbangan yang pelik yang merapikan susunan diantara alam-alam yang beraneka ragam itu serta yang menguatkan keadaannya masing-masing itu, semuanya tidak lain kecuali merupakan tanda dan bukti perihal wujudnya Allah. Selain menunjukkan adanya Dzat itu juga membuktikan keesaanNya dan hanya Dia sajalah yang Maha Kuasa untuk menciptakannya. Dengan demikian tidak ada jalan lain untuk membantah atau mengingkarinya dan ini tepat sekali dengan apa yang difirmankan oleh Allah SWT: “Apakah dalam Dzat Allah masih ada keragu-raguan, yaitu Tuhan Maha Pencipta langit dan bumi?” (S. Ibrahim:10). Allah Ta’ala telah berfirman dalam kitab-Nya yg Agung: Sesungguhnya Rabb kalian semua adalah Allah yg telah menciptakan langit & bumi dalam masa enam hari, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy. Dia menutupkan malam pd siang yg mengikutinya dgn cepat, & diciptakannya pula matahari, bulan & bintang-bintang (masing-masing) tunduk pd perintah-Nya, Ingatlah menciptakan & memerintah itu hanyalah hak Allah, Maha suci Allah Rabb semesta alam .” (Al Qur’an Surat: Al A`raaf:;54)
2.      Fitrah sebagai Bukti adanya Allah SWT
Alam semesta atau jagad raya dengan segala sesuatu yang ada didalamnya yang nampak sangat teratur kokoh, indah, sempurna, rapi dan seluruhnya sebagai ciptaan baru, bukannya itu saja yang dapat digunakan sebagai saksi tentang adanya Tuhan (Allah) yang maha mendirikan langit dan bumi ini, tetapi masih ada saksi lain lagi yang dapat digunakan untuk itu dan bahkan dapat lebih meresapkan. Saksi yang lainnya itu adalah berupa perasaan-perasaan yang tertanam dalam jiwa setiap insan yang merasakan akan adanya Allah SWT. Perasaan ini adalah sebagai pembawaan sejak manusia itu dilahirkan dan oleh sebab itu dapat disebut sebagai perasaan fitrah. Fitrah adalah keaselian yang diatasnya itulah Allah menciptakan makhluk manusia itu. Ini dapat pula diibaratkan dengan kata lain sebagai gharizah diniah atau pembawaan keagamaan. Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirnan: “Dan jikalau manusia itu ditimpa bahaya, maka ia pun berdoalah kepada Kami (Allah) diwaktu berbaring, diwaktu duduk atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, iapun berjalanlah seolah-olah tidak pernah berdoa kepada Kami atas bahaya yang telah menghinggapinya itu”. (S. Yunus.12).
3.      Bukti Kejadian dan Pengalaman
Setiap manusia tentu pernah berdoa kepada Tuhannya, kemudian dikabulkanlah apa yang menjadi permintaannya. Pernah pula memanggilNya dan iapun dijawab apa yang diinginkan serta dikehendakinya. Ia pernah pula memintaNya dan apa yang diminta itupun diberikan. Tidak sedikit orang yang sakit dan memohon kesembuhan kepadaNya disamping berusaha dengan berobat yang dilakukan dan kemudian ia berhasil sembuh. Pengalaman-pengalaman manusia dalam kehidupannya di dunia ini sebenarnya sudah membimbing dirinya sendiri untuk dapat sampai kepada penemuan akan Allah SWT secara kesadaran dan bukan karena adanya paksaan, sebab pengalaman-pengalaman itu memang dapat membuka segala macam hakikat yang ia sendiri pasti tidak merasakan dengan panca inderanya. Allah berfirman: “Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari bencana yang besar.” (Al Anbiya: 76), “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Robbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu.” (Al Anfaal: 9).
4.      Bukti-bukti dari Naqal
Diantara bukti-buktinya yang dapat kita saksikan tentang wujudnya Allah ialah bahwa para nabi dan rasul yang terpilih dari sekian banyak hamba-hambaNya, mereka itu semua adalah manusia yang amat pilihan sekali,seluruhnya itu sejak zaman nabiullah Adam a.s sampai ke zaman Rasulullah SAW mempunyai satu garis penyiaran yang benar-benar sama dan sejalan, yaitu memberitahukan dengan pasti kepada seluruh umat manusia bahwa alam semesta ini ada Tuhan (Allah) yang Maha Bijaksana. Oleh segenap nabi dan rasul itu hanya satu itulah pokok penyiaran yang disampaikannya yang merupakan hal yang penting sekali.
Allah SWT berfirman: “Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.: Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (Asy Syu’araa: 63), selanjutnya mukjizat Nabi Isa as. ketika menghidupkan orang-orang yang sudah mati; lalu mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah. Allah swt berfirman: “…dan aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah.” (Ali Imran: 49).
5.      Dalil Naqli
Sekalipun secara fitrah manusia bisa mengakui adanya Allah, dan dengan akal pikiran bisa membuktikannya, namun manusia tetap memerlukan dalil naqli (al-Quran dan Sunnah) untuk membimbing manusia untuk mengenal Tuhan yang sebenarnya (Allah) dengan segala asma dan sifatNya. Sebab fithrah dan akal tidak bisa menjelaskan siapa Tuhan yang sebenarnya itu (Allah).
Allah SWT adalah Al-awwal artinya tidak ada permulaan bagi wujudNya. Dia juga Al-Akhir akhirnya tidak ada akhir dari wujudNya. “Dialah yng awal dan yang akhir, yang zhahir dan yang bathin, dan Dia Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Hadid 57:3).
1.      Tidak ada satu pun yang menyerupai-Nya.
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (As-Syura 42:11).
2.      Allah SWT Maha Esa.
“Katakanlah : ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa…” (Al-Ikhlas 112:1).
3.      Allah SWT memiliki Al-Asma’ was Shiffaat (nama-nama dan sifat-sifat) yang disebutkanNya untuk diriNya di dalam Al-Quran serta semua nama dan sifat yang dituturkan untukNya oleh Rasulullah SAW dalam sunnahnya, seperti Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim, Al’Aliim, Al-Aziz, As-Sami, Al-Bashiir dan lain-lain.
 “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka perbuat.” (Al-A’raf 7:18).
6.      Pengokoh Ketuhanan
Bukti-bukti adanya Tuhan diantaranya lagi adalah bahwa umat yang beriman kepada Tuhan (Allah) dengan keimanan yang sebenar-benarnya, mereka itulah ummat yang tertinggi dari yang lainnya perihal ilmu pengetahuan dan lebih banyak pula peradaban dan tata kesopanannya.Selain itu juga pasti lebih suci jiwanya, lebih bersih hatinya, lebih banyak pengorbanannya dan lebih suka mengalahkan diri sendiri dan paling banyak memberikan kemanfaatan kepada sesama manusia.
Aliran-aliran Tauhid
1.      Syiah
Pengikut ini berkeyakinan bahwa yang berhak menggantikan Nabi sebagai pemimpin adalah keluarganya (Ahl al-bait). Sepeninggal Ali, hak imamah (kepemimpinan umat islam) tersebut beralih kepada anak-anak keturunanya dari fatimah al-Zahrah.
2.      Khawarij
Kelompok radikal ekstrim ini suka mengkafiran bahkan membunuhan terhadap mereka yang tidak sependapat.
3.      Murji’ah
Dalam pandangan murji’ah pelaku dosa besar tidaklah kekal di neraka, tetapi hanya akan dihukum untuk sementara setimpal dengan atau bahkan mungkin diampuni dari dosa dosanya.Jadi, orang tidak perlu bertaubat karena berbuat dosa besar, yang penting orang itu beriman. Taat dan ibadah tidak terlalu penting.

4.      Jabariyah dan Qadariyah
Jabariyah adalah aliran yang berpendapat, bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam faham ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan. Menurut faham Qadariyah semua perbuatan manusia adalah kehendaknya sendiri, perbuatan manusia berada di luar kekuasaan Allah. Dari kedua faham tersebut, semuanya adanya faham-faham yang salah mengenai manusia dan Tuhan dalam menentukan suatu perbuatan baik buruk ataupun dosa atau tidak. Karena pada hakekatnya manusia diberi akal dan pikiran untuk berbuat dan berusaha, sedangkan nantinya Allah lah yang menentukan hasilnya. Sesuai dengan ajaran-ajaran ahlussunnah wal Jama’ah, yang menetapkan pokok-pokok kepercayaan menurut prinsip-prinsip yang sesuai dengan tujuan akal pikiran.
5.      Mu’tazilah
Aliran ini dalam banyak pemikirannya menjadikan akal sebagai sumber pengetahuan utama tentang kewajiban serta kebaikan dan keburukan, sedangkan wahyu sebagai pendukung kebenaran akal.
6.      Asy’ariyah
Aspek ketuhanan asy’ariyah meyakini bahwa Tuhan mempunyai sifat. Kalam Allah yang menurut mu’tazilah adalah makhluk.
7.      Maturidiyah
Meyakini secara tegas bahwa pelaku dosa besar adalah fasik dan masih berhak masuk surga (atau tidak kekal di neraka) setelah dosa-dosanya di ampuni Tuhan.
8.      Sufi
Dikatakan oleh Al-Junaid, seorang pentolan sufi, "Yang paling aku sukai pada seorang pemula sufi, bila tak ingin berubah keadaannya, hendaknya jangan menyibukkan hatinya dengan tiga perkara berikut : mencari penghidupan, menimba ilmu (hadits) dan menikah. Dan yang lebih aku sukai lagi, pada penganut sufi, tidak membaca dan menulis. Karena hal itu hanya akan menyita perhatiannya". Menghancurkan sanad-sanad hadits dan menshahihkan hadits-hadits dha'if (lemah), munkar dan maudhu' (palsu) dengan cara kasyaf.
DAFTAR PUSTAKA

http://arrumnyaeppy.wordpress.com/2011/12/04/makalah-pembuktian-adanya-allah-swt/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar