ISLAM DAN REALITAS PERADABAN
Diturunkannya
agama Islam oleh Allah SWT, menambah corak baru dalam sejarah. Bagi
penganutnya, kaum muslimin dijanjikan oleh Al-quran akan menjadi kaum terbaik
dalam sejarah umat manusia. Al-quran memiliki kandungan berkaitan dengan
kehidupan manusia, sehingga pengamalan oleh kaum muslimin menciptakan
produk-produk budaya, diantaranya; hukum, filsafat, seni, ekonomi, politik,
sosial, sains dan lainnya. Islam membuktikan bahwa peradaban Islam penuh dengan
corak yang mendominasi semua peradaban pada kala itu. Sekitar abad ke-13,
peradaban Islam mendominasi kawasan di bumi ini, meliputi; Jazirah Arab,
wilayah sungai Nil hingga Oxus, Balkan, Asia Selatan, Asia Timur hingga Asia
Tengara. Namun corak peradaban yang terbentuk dari masing-masing wilayah
tidaklah sama persis dikarenakan adanya pencampuran dengan peradaban wilayah
masing-masing.
Islam
sebagai agama yang mengandung peraturan dan perintah Allah SWT yang
kebenarannya mutlak dan abadi. Hal ini dicantumkan dalam Al-quran yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-quran merupakan pedoman hidup bagi umat
manusia yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Di dalam Al-quran dipaparkan
aturan dan perintah Allah SWT secara garis besar dan Nabi Muhammad SAW sebagai
Nabi yang memaparkan lebih rinci. Tujuan umumnya untuk menghapus berbagai
kemusyrikan dan menggantinya dengan tauhid yang mengandung nilai-nilai akidah,
syariah dan akhlak.
Menjelang
Islam lahir, Jazirah Arab menjadi persilangan kekaisaran Romawi dan Kisra
Persia. Kerajaan Romawi yang berpusat di Bizantinum telah menguasai seluruh
semenanjung Laut Tengah, Asia Kecil termasuk semenanjung Arabia. Sementara
kerajaan Persia yang berpusat di Madai’an Iraq telah menguasai kawasan Sungai
Nil hingga Laut Hitam dan India, termasuk jazirah Arab Utara. Penduduk jajahan
memperoleh perlakuan yang tidak manusiawi, jauh dari kelayakan seperti yang
diajarkan dalam Islam. Istilah yang sangat familiar untuk peradaban sebelum
Islam turun aitu Jahiliyah, dimana manusi bertindak layaknya binatang,
tidak memiliki etika yang jelas. Untuk merubah hal tersebut Muhammad SAW
diangkat menjadi Nabi dan Rasul menuju peradaban yang manusiawi dengan penuh
kelayakan seperti yang dicantumkan dalam beberapa ayat Al-quran.
Muhammad
lahir tanggal 12 Rabiul Awal (20 April 571-Syalabi, ketika Abrahah, Raja Yaman
dengan pasukan bergajah menyerbu Ka’bah, sehingga tahun itu dinamakan tahun
Gajah. Ia adalah putra Abdullah ibn Abdul Muthalib yang telah meninggal ketika
putranya itu lahir sehingga ketika Muhammad lahir, ia sudah menjadi yatim yang kemudian
dipelihara oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Sebagaimana kebiasaan orang Arab,
maka diasuh oleh Halimah Sa’diyah di pedalaman hingga umur enam tahun.
Disanalah Muhammad belajar bahasa Arab yang masih murni yang menjadikan
lidahnya fasih. Ketika Muhammad diajak pergi untuk berziarah ke makam ayahnya,
ibunyapun meninggal di Abwa’ yang terletak antara Makkah dan Madinah yang
menyebabkan ia menjadi yatim dan piatu. Kakeknya bertanggungjawab atas anak
yang telah ditinggal kedua orang tuanya itu. Tetapi kakeknyapun meninggal
ketika beliau berumur delapan tahun.
Menjelang
usianya yang keempat puluh, Muhammad sudah biasa memisahkan diri dari lingkungan
masyarakat. Muhammad pergi ke Gua Hira, beberapa kilometer di Utara Makkah.
Disana Muhammad mula-mula berjam-jam kemudian berhari-hari bertafakkur. Pada
tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat Jibril muncul dihadapannya, menyampaikan
wahyu Allah yang pertama yang artinya “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang
telah mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmu itu Maha Mulia. Dia telah mengajar dengan Qalam. Dia telah mengajar
manusia apa yang tidak mereka ketahui” (Q.S 96 : 1-5). Dengan turunnya
wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Tuhan sebagai Nabi. Dalam
wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu
agama. Dalam proses penantian berikutnya, turun wahyu yang membawa perintah
kepada Rasulullah yang artinya “Hai orang yang berkemul (berselimut),
bangunlah, lalu berilah peringatan dan Tuhanmu agungkanlah dan pakaianmu
bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi
(dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu, bersabarlah”. (Q.S. AL-Mudatsir : 1-7). Dengan turunnya perintah
itu mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secar
diam-diam di lingkungannya sendiri, keluarga, dan sahabat-sahabat beliau yang
paling karib. Mereka di seru kepada pokok-pokok agama islam yang disebut dalam
ayat-ayat diatas yaitu, bertauhid kepada allah dan meninggalkan ilah dan
berhala-berhala yang mereka sembah.
Setelah
tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin
penduduk kota itu. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat
banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai
kepala Agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Dalam rangka memperkokoh
masyarakat dan Negara baru itu, ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan
bermasyarakat, yaitu;
1.
Dasar
pertama, pembangunan masjid, selain untuk tempat salat, juga sebagai sarana
penting untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa mereka,
disamping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang
dihadapi.
2.
Dasar
kedua, adalah ukhuwwah islamiyyah dan persaudaraan secara Muslim. Nabi
mempersaudarakan antara golongan Muhajirin, orang-orang yang hijrah dari Makkah
ke Madinah dan Anshar, penduduk Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut
membantu kaum Muhajirin tersebut.
3.
Dasar
ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam
Dimadinah, disamping orang-orang arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat
Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka.
4.
Dasar
keempat ialah meletakkan landasan berpolitik, ekonomi dan kemasyarakatan bagi
negeri Madinah yang baru terbentuk.
Dasar berpolitik dalam negeri Madinah antara lain ialah prinsip keadilan yang
harus dijalankan kepada setiap penduduk tanpa pandang bulu. Kesamaan derajat
antara manusia yang satu dengan yang lain, yang membedakan antara mereka ialah ketaqwaan kepada Allah semata.
Kekuasaan
tertinggi pemerintahan Islam bersandar pada kekuasaan Allah yang senantiasa
menurunkan wahyu Al-quran kepada Nabi Muhammad, Hukum-hukum Allah (syariat Islam),
sebagaimana yang terkandung di dalam Al-quran berlaku bagi seluruh ummat Islam,
termasuk bagi Nabi sendiri yang menjabat sebagai penguasa negeri Islam. Dalam
urusan-urusan yang tidak ditetapkan oleh Al-quran, maka keputusannya berada di
tangan Nabi. Dalam urusan tersebut, kedudukan Muhammad adalah sebagai kepala
pemerintahan. Jadi Nabi menjabat peran atau fungsi ganda yaitu sebagai fungsi
kenabian dan fungsi kepemerintahan.
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN
1.
Khalifah Abu Bakar
Abu
Bakar Ash-Shiddiq adalah nama yang disandangkan (julukan) terhadap beliau
sedangkan nama asli beliau adalah Abdullah bin Abi Quhafah bin ustman bin Amr
bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi
Al-Quraishi. Berarti silsilah keturunannya dengan Nabi Muhammad Saw bertemu
pada Murrah bin Ka’ab. Abu Bakar dilahirkan di lingkungan suku yang sangat
berpengaruh pada tahun 573 M, dan suku yang juga banyak melahirkan tokoh-tokoh
besar. Ayahnya bernama Ustman (Abu Kuhafah) bin Amir, sedangkan ibunya bernama
Ummu Al-Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab.
Abu
Bakar dilahirkan dua tahun setelah Kelahiran Nabi Muhammad Saw. Abdullah
kemudian digelari Abu Bakar Asy Siddiq yang artinya “ Abu (Bapak ) dan Bakar (
Pagi), gelar Ash Siddiq diberikan kepada beliau karena beliau orang senantiasa
membenarkan segala tindakan Rasulullah, terutama dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai
didakwahkan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa
Muhammad SAW dikarenakan sejak kecil ia telah mengenal keagungan Muhammad.
Selama
masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya dikatakan bahwa Abu Bakar
ditunjuk untuk menjadi imam shalat menggantikannya banyak yang menganggap ini
sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah
kematiannya (632 M) dilakukan musyawarah dikalangan para pemuka kaum Anshar dan
Muhajirin di Madinah yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai
pemimpin baru umat Islam.
Pengangkatan
Abu Bakar sebagai Khalifah (pengganti Nabi) sebagaimana dijelaskan pada
peristiwa Tsaqifah Bani Sa’idah, merupakan bukti bahwa Abu Bakar menjadi
Khalifah bukan atas kehendaknya sendiri tetapi hasil dari musyawarah mufakat
umat Islam. Dengan terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah maka mulailah beliau
menjalankan kekhalifahannya baik sebagai pemimpin umat maupun sebagai pemimpin
pemerintahan. Sistem politik Islam pada masa Abu Bakar bersifat sentral
jadi kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat ditangan Khalifah
meskipun demikian dalam memutuskan suatu masalah, Abu Bakar selalu mengajak
para sahabat untuk bermusyawarah. Kebijaksanaan politik yang dilakukan Abu
Bakar dalam mengemban kekhalifahannya diantaranya;
a.
Mengirim
pasukan dibawah pimpinan Usamah bin Zaid untuk memerangi kaum Romawi sebagai
realisasi dari rencana Rasulullah ketika beliau masih hidup.
b.
Timbulnya
kemunafikan dan kemurtadan. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa setelah
Nabi Muhammad SAW wafat, maka segala perjanjian dengan Nabi menjadi terputus.
Adapun
kebijakan di bidang pemerintahan yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah;
a.
Pemerintahan
Berdasarkan Musyawarah
b.
Amanat
Baitul Mal
c.
Konsep
Pemerintahan
d.
Kekuasaan
Undang-undang
Ada
beberapa kebijaksanaan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut terhadap agama antara
lain;
a.
Memerangi
Nabi palsu,orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak mengeluarkan zakat.
b.
Pengumpulan
Al-Qur’an
c.
Ilmu
Pengetahuan
Islam
pada hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang harus dikembangkan dan
didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah Islam, yaitu dengan dakwah
dan perang. Setelah dapat mengembalikan stabilitas keamanan jazirah Arabiah,
Abu Bakar beralih pada permasalahan luar negeri. Pada masa itu, di luar
kekuasaan Islam terdapat dua kekuatan adidaya yang dinilai dapat menganggu
keberadaan Islam, baik secara politisi maupun agama. Kedua kerajaan itu adalah
Persia dan Romawi. Rasulullah sendiri memerintahkan tentara Islam untuk
memerangi orang-orang Ghassan dan Romawi, karena sikap mereka sangat
membahayakan bagi Islam. Mereka berusaha melenyapkan dan menghambat
perkembangan Islam dengan cara membunuh sahabat Nabi. Dengan demikian perang yang dilakukan oleh ummat Islam setuju
untuk berperang demi mempertahankan Islam.
Pada
tahap pertama Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia. Pada bulan Muharram
tahun 12 H (6333 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai. Musanna dan
pasukannya dikirim ke persia menghadapi perlawanan sengit dari tentara kerajaan
Persia. Mengetahui hal itu, Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin Walid
yang sedang berada di Yamamah untuk membawa pasukannya membantu Musanna.
Gabungan kedua pasukan ini segera bergerak menuju wilayah persia. Kota Ubullah
yang terletak di pantai teluk Persia segera diserbu. Pasukan Persia berhasil
diporak-porandakan. Perang ini dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqi’ah Zat
as-Salasil artinya peristiwa untaian Rantai.
Pada
akhir minggu pertama Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah Abu Bakar jatuh sakit. Ia
terserang demam yang sangat berat. Ia pun sadar bahwa penyakitnya itu akan
membawa maut. Setelah 15 hari lamanya menderita penyakit itu wafatlah Abu Bakar
Ash-Shiddiq pada 21 bulan Jumadil Akhir tahun 13 Hijriyah bertepatan tanggal 22
Agustus tahun 634 M. Lamanya memerintah 2 tahun 3 bulan 10 hari dikebumikan di
samping makan Sahabatnya yang mulia Rasulullah SAW.
2.
Khalifah Umar bin Khattab
Memiliki
nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, terlahir di Mekkah,
dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Orangtuanya bernama Khatthab bin
Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan Hantamah binti Hasyim. Keluarga Umar
tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis. Pada masa
membaca dan menulis merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal karena
fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Pada
masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasihat
kepalanya. Kemudian setelah Abu Bakar meninggal pada tahun 634, Umar ditunjuk
menggantikannya. Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat
pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti
Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil
alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi
(Byzantium).
Banyak
pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk
padfa tahun 636, yang terjadi di dekat Damaskus 20 ribu pasukan Islam
mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan
Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil
mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada
pertempuran Qadisiyyah pada tahun 636, di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran
itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan
Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam
Farrukhzad. Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem,
pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut.
Umar
melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat
kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang
baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh
wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan
merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga
memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Pada
masa khalifah Umar bin Khattab ekspansi Islam meliputi daerah Arabia, syiria,
Mesir dan Persia. Karena wilayah Islam bertambah luas maka Umar berusaha
mengadakan penyusunan pemerintah Islam dan peraturan pemerintah yang tidak
bertentangan dengan ajaran Islam. Susunan kekuasaan masa khalifah Umar terdiri
dari Amiril Mukminin yang berkedudukan di ibu kota Madinah yang mempunyai
wewenang kekuasaan dan Gubernur yang berkedudukan di ibu kota Propinsi yang
mempunyi kekuasaan atas seluruh wiyalayah Propinsi. Tugas pokok pejabat, mulai
dari Amiril Mukminin dan Gubernur beserta bawahannya bertanggung jawab atas
maju mundurnya agama Islam dan Negara. Disamping itu mereka juga sebagai imam
shalat lima waktu di mesjid.
Membentuk
dewan-dewan negara guna menertibkan jalannya administrasi pemerintahan, dewan
yang dibentuk yaitu;
a.
Dewan
perbendaharaan Negara.
b.
Dewan
tentara.
c.
Dewan
pembentuk Undang-undang.
d.
Dewan
kehakiman.
Khalifah
Umar bin Khattab menetapkan perhitungan tahun baru, yaitu tahun hijriayah yang
dimulai dari hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah (16 Juli 622 M).
Saat itulah dimulainya tahun hijriayah yang pertama. Disamping itu, Khalifah
Umar menetapkan lambang bulan sabit sebagai lambang negara. Hal ini diilhami
oleh bendera pasukan khusus Rasulullah SAW yang menggambarkan bulan sabit.
Karya-karya
besar Khalifah Umar yang lain adalah mendirikan Baitul Mal, membangun dan
merenovasi masjid-masjid, seperti masjid haram (Mekah), masjid Nabawi ( Madinah
), Masjidil Aqsa dan masjid Umar ( Yerussalem ) dan masjid Amru bin ash
(Fusthtf-Mesir). Memperluas wilayah-wilayah islam seperti, Romawi (13 H=634 M),
Damaskus (14H=635 M), Baitul Makdis–Syiriah (18 H=639 M), Mesir 19 H=640 M),
Babilon (20 H 641 M), Nahawan–Persia (21 H=642 M) dan Iskandariah (22 H=643 M).
Kesuksesannya
dalam mengibarkan panji-panji Islam mengundang rasa dengki di hati orang yang
memusuhinya, salah satunya adalah Abu Lu’luah yang berhasil membunuh Khalifah
Umar ketika beliau siap-siap memulai shalat subuh. Abu Lu’luah merasa dendam
kepada Umar karena beliau dianggap sebagai penyebab lenyapnya kerajaan persia
di muka bumi. Abu Lu’luah adalah seorang dari bangsa persia.
Khalifah
Umar pulang kerahmatullah pada tanggal 26 Dzulhijjah 23 H dalam usia 63 tahun.
Beliau memegang amanat sebagai khalifah selama 10 tahun 6 bulan (13-23
H=634-644 M).
3.
Khalifah Usman bin Affan
Usman
bin Affan adalah seorang saudagar kaya-raya dan salah seorang penulis wahyu
yang terkenal. Usianya lima tahun lebih muda dari Nabi Muhammad saw. Sejak muda
Utsman dikenal sebagai seorang pendiam, dan memiliki budi pekerti yang terpuji.
Di
masa pemerintahan Usman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes dan
bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristall berhasil direbut.
Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini. Pemerintahan Usman berlangsung
selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak
puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang
sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut
(diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada
tahun 35 H 1655 M, Usman wafat pada usia 82 tahun, setelah memerintah selama 12
tahun. Ia menemui ajal saat membaca Al Quran oleh tikaman pedang Humron, Usman
dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.
4.
Khalifah Ali bin Abi Thalib
Ali
bin Abi Tholib bin Abdul Mutholib merupakan putra dari paman Rasulullah dan
suami dari Fatimah yang merupakan satu-satunya putri Rasul yang mempunyai
keturunan. Sepanjang hayatnya, Ali bin Abi Thalib tidak pernah sujud dihadapan
berhala. Sujud pertamanya dan sujud selamanya hanya untuk Allah SWT. Ia telah
masuk islam di usia sepuluh tahun. Dialah anak-anak pertama dalam Islam. Bahkan
sebagian mengatakan bahwa dialah muslim pertama setelah Rasulullah SAW.
Setelah
peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan, kota Madinah dilanda ketegangan dan
kericuhan. Orang-orang mendatangi Ali dan mereka membaiatnya. Ali sempat
menolak namun mereka bersikukuh membaiat Ali bin Abi Tholib. Tindakan mereka
itu didukung oleh kaum Muhajirin dan Anshar, serta kelompok-kelompok lainnya.
Termasuk diantara yang membaiat Ali ialah Thalhah, Zubair, Abdullah bin Umar
dan Sa’ad bin Abi Waqash. Ali dibaiat sebagai khalifah setelah terbunuhnya Usman
di Madinah pada hari Jum’at 5 Dzulhijjah 35 Hijriah. Semua sahabat membaiatnya
sebagai khalifah. Khalifah Ali bin Abi Thalib terkenal berani dan tegas dalam
menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya menegakkan keadilan, menjalankan
undang-undang Allah SWT dan menindak segala macam kezaliman dan kejahatan.
Sehingga sesudah ia dibaiat menjadi khalifah, dikeluarkannya dua ketetapan:
a.
Memecat
kepala-kepala daerah yang diangkat Khalifah Utsman dan mengangkat pengganti
pilihannya sendiri.
b.
Mengambil
kembali tanah-tanah yang dibagi-bagikan khalifah Utsman kepada famili-famili
dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian
Utsman kepada siapapun yang tiada beralasan diambil Ali kembali.
Langkah
awal yang dilakukan khalifah Ali adalah menghidupkan kembali cita-cita Abu
Bakar dan Umar, ia menarik kembali semua tanah dan hibah yang telah dibagikan
Utsman kepada kerabat dekatnya menjadi milik negara. Ali juga melakukan
pemecatan semua gubernur yang tidak disenangi oleh rakyat. Ada banyak peperangan yang terjadi di masa
ali, diantaranya;
a.
Perang
Jamal / Perang Unta
b.
Perang
Shiffin
c.
Perang
Nahrawan
Kebijaksanaan-kebijaksanaan
Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu’awiyah
yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan
kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair,
Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah
besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin.
Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini
diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan
masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij. Munculnya kelompok
al-khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah semakin
kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali Ra terbunuh oleh salah seorang
anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI ARAB PADA MASA DINASTI UMAYYAH
Bani
Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah
masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan
sekitarnya (beribukota di Damaskus) serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba,
Spanyol sebagai Kekhalifahan Kordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin
'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah
bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I. Masa
ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa
kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi
Thalib, dan kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin
Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam
rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam
fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin,
perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi'ah, dan
terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.sepeninggal ali bin abi thalib,
gubernur syam tampil sebagai penguasa islam yang kuat. Masa kekuasaannya
merupakan awal kedaulatan bani ummayah. Muawiyah bin abu sufyan ibnu adalah
pembangun dinasti bani ummayah dan sekaligus menjadi khalifah pertama. Ia
memindahkan ibukota kekuasaan islam dari kuafah ke damaskus.
Dinasti
bani umayah berkuasa hampir satu abad, tepatnya 90 tahun dengan 14 khalifah.
Dimulai oleh Muawiyah dan ditutup oleh Marwan ibnu Muhammad, adapun urutan khalifah
ummayah sebagai berikut;
a.
41H/661M Muawiyah 1 Ibnu Abu Sofyan.
b.
60H/680M Yazid1 Ibnu Muawiyah.
c.
64H/683M Muawiyah 2 Ibnu Yazid.
d.
65H/685M Marwan 1 Ibnu Hakam.
e.
65H/685M Abdul Malik Ibnu Marwan.
f.
86H/705M AL Walid 1 Ibnu Abdul Malik.
g.
96H/715M Sulayman Ibnu Abdul Malik.
h.
99H/717M Umar Ibnu Abdul Aziz.
i.
101H/720M
Yazid II Ibnu Abdul Malik.
j.
105H/724M Hisyam Ibnu Abdul Malik.
k.
125H/743M Al-Walid II bin Yazid II.
l.
126H/744M Ibrahim Ibnu Al-Walid II.
m.
127-132H/744-750M Marwan II Ibnu Muhammad.
Kemajuan
masa pemerintahan dinasti bani umayah yang paling menonjol adalah dibidang kemiliteran.
Selama peperangan dengan militer Romawi pasukan arab mengambil teknik
kemiliteran mereka dan memadukannya dengan sistem pertahanan yang telah
dimiliki sebelumnya. Kekuatan pasukan dinasti umayah ini telah mencatat
sukses-sukses besar dalam tugas-tugas ekspansi. Kemajuan kekuatan militer pada
masa ini juga ditandai dengan terbentuknya angkatan laut Islam oleh Muawiyah mengarahkan
para pakar kelautan untuk merancang pembuatan galangan perkapalan dipantai
Syria.
Penguasa
dinasti Umayyah pada umumnya mahir dalam seni arsitektur, mereka mencurahkan
perhatiaannya demi kemajuan bidang ini hasilnya adalah sejumlah bangunan megah,
Masjid baitul maqdis di Yerusalem pada masa Abdul malik pada tahun 691 M dan
merupakan masjid pertama yang ditutup dengan kubah diatasnya. Dan juga masjid Al-Aqsa
yang merupakan masjid terindah yang terdapat di Damaskus yang didirikan oleh Walid
Ibnu Abdul Aziz dan arsitektur lainnya.
Pada
masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan
menaklukan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah
Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan
angkatan lautnya telah mulai melakukan sera serangan-serangan ke ibu kota
Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian terus
dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin
Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan
Balkanabad, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan
sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke
Maltan.
Terdapat
banyak sebab yang mendukung hancurnya dinasti Umayyah, setelah berlangsung
kurang lebih Sembilan puluh tahun. Tidaklah terlalu sulit untuk melacak
sebab-sebab tersebut, berikut penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah;
a.
Ketidakcakapan
para penguasa serta kejahatan perilaku mereka merupakan factor utama hancurnya
kekuasaan dinasti ini.
b.
Egoisme
para pejabat pemerintahan dan terjadinya sejumlah pembelotan militer. Pada
umumnya para penguasa mempercayakan urusan pemerintahan kepada para pejabat
Istana.
c.
Persaingan
antarsuku. Permusuhan kelompok Arab Mudariyah dengan kelompok Himyariyah yang
telah lama berlangsung, semakin memanas karena sikap para penguasa Umayyah yang
memihak salah satu dari keduanya.
d.
Tidak
adanya mekanisme dan aturan baku mengenai suksesi kepemimpinan.
e.
Perlakuan
yang tidak adil terhadap non-Arab (mawali).
f.
Propaganda
dan gerakan Abbasiyah secara gencar menyerang segi-segi negatif dan kelemahan
sepanjang pemerintahan Umayyah.
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA DINASTI ABBASIYAH
Dinasti
Abbasiyah mewarisi imperium dari Dinasti Umayyah. Dinasti ini berkedudukan di
Bagdad. Sepanjang dinasti ini berdiri kurang lebih tiga puluh tujuh khalifah
pernah berkuasa dalam kurun waktu antara 750-1258 M. Lahirnya dinasti ini
dikarenakan adanya konflik antara Muawiyah dan syiah, munculnya golongan
Khawarij, banyaknya pemberontakan pada dinasti Umayyah dan adanya faham mawali
yang berkaitan dengan ras. Abbasiyah merupakan kerabat nabi dimana mereka
mengklaim hanya mereka lah yang berhak menjadi penerus sepeninggalnya nabi.
Abbasiyah melakukan propaganda untuk meruntuhkan dinasti Umayyah. Setelah
berdiri, dinasti Abbasiyah berusaha memusnahkan sisa-sisa dari keluarga
Umayyah.
Kemajuan
ilmu pengetahuan di dinasti Abbasiyah terutama pada masa kepemimpinan Harun
Al-Rasyid ketika mendirikan sebuah lembaga keilmuan, dilengkapi dengan teropong
bintang, perpustakaan terbesar dan pengadopsian ilmu pengetahuan dari Yunani.
Keilmuan yang berkembang pesat yaitu ilmu dibidang agama, ilmu pengetahuan dan
sains teknologi. Pada masa kepemimpinan Harun Al-Rasyid, dinasti Abbasiyah
mencapai titik puncak yang diistilahkan golden age, dimana kemajuan
berbagai bidang baik politik, ekonomi, pengetahuan, administrasi dan lainnya
begitu pesat. Banyak ilmuwan dan kaum ahli lahir pada saat, contohnya Ibnu
Shina. Setelah lama berjaya dinasti Abbasiyah rutuh dikarenakan adanya
pertentangan internal keluarga, dimana terjadi konflik berkepanjangan yang
berlanjut ke peperangan dan tidak terkendalinya sistem kenegaraan hingga muncul
daulat-daulat kecil sehingga perpecahan dan keruntuhan tidak terelakan lagi.
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI SPANYOL
Sejak
kemenangan pasukan Islam di bawah kekuasaan Dinasti Amawiyyah I Damaskus
berhasil merebut dan mengintervensi berbagai kekuatan politik lainnya di Afrika
Utara, Spanyol dengan serta-merta telah ikut menyempurnakan keberhasilan
mereka. Di Spanyol, pada periode ini masyarakat muslim sunni betul-betul sedang
mengalami masa kepemimpinan spiritual kekhalifahan yang mengambang dikarenakan
ada faktor-faktor eksternal dan internal.
Spanyol
tidak lagi sebagai Provinsi dari dunia Islam Timur, tapi telah berubah menjadi
sebuah negara yang berdaulat (memiliki pemimpin utama, penduduk dan wilayah)
bukan lagi sebuah Provinsi. “amir” atau “imarah” untuk wilayah
ini bukan lagi sebagai Gubernur dan kegubernuran, tapi sudah mempunyai arti
sebuah “kerajaan” atau Dinasti. Pergantian penguasa di Spanyol yaitu
dengan jalan para amir yang sedang berkuasa menunjuk dan menentukan untuk
penggantinya.
Amir
Andalus sebagai pemerintah pusat di Spanyol yang berkedudukan di Istana Cordova
sebagai kepala negara dan pemerintahan yang dibantu oleh seorang hajib yang
diangkatnya sebagai orang kepercayaan utama. Tetapi pada periode-periode
berikutnya, di bawah hajib ada kelembagaan. Sejak masa Al-Dakhil 756 M, istilah
ke-Amiran sebagai sistem pemerintahan, masih terus digunakan. Kemudian, istilah
ini diubah pada masa Abdurarhman Al-Nashir dengan sebutan kekhalifahan.
Sejak
tahun 976 M sudah terasa kemunduran dalam menerapkan sistem kekhalifahan, dan
puncak kebangkrutannya pada tahun 1031 M. Alasan ini bisa terjadi dikarenakan;
a.
Adanya
keretakan antara kelas atas dan bawah.
b.
Secara
demografis sudah terbentuk berbagai komunitas politik kesukuan.
Timbulnya
dinasti-dinasti lokal yang secara umum membentuk kekuatan politik sendiri
hingga membentuk suatu sistem kenegaraan kecil sendiri. Keragaman Islam di
Spanyol sangat dipengaruhi oleh adanya struktur kehidupan sosial yang sangat
beragam, yakni terdiri dari etnik Barbar, Arab, Muwalladun (penduduk pribumi),
yahudi dan kristen serta para hamba sahaya.
PERANG SALIB
Perang
Salib berjalan dalam waktu yang cukup lama, memakan korban yang cukup banyak,
menghabiskan dana yang tidak terhitungkan, mendatangkan kerugian yang tak dapat
dinilai dengan uang dan bahkan mengakibatkan dampak yang negatif bagi hubungan
umat beragama. Disebut perang salib dikarenakan adanya dugaan bahwa pihak
Kristen dalam melancarkan serangan tersebut didorong oleh motivasi keagamaan,
selain itu mereka menggunakan simbol salib. Berikut ini adalah beberapa
penyebab yang turut melatarbelakangi terjadinya perang salib;
a.
Bahwa
perang salib merupakan puncak dari sejumlah konflik antara negeri barat dan
negeri timur, jelasnya antara pihak Kristen dan pihak muslim.
b.
Munculnya
kekuatan Bani Saljuk yang berhasil merebut Asia Kecil dari Bizantium dan Baitul
Maqdis dari Fatimiyah.
c.
Bahwa
semenjak abad ke sepuluh pasukan muslim menjadi penguasa jalur perdagangan di
lautan tengah.
d.
Propaganda
Alexius Comnenus kepada Paus Urbanus II untuk membalas kekalahannya dalam
peperangan melawan pasukan Saljuk.
Perang
salib yang berlangsung dalam kurun waktu hampir dua abad, yakni antara tahun
1095 – 1291 M., terjadi dalam serangkaian peperangan sebagai berikut;
a.
Perang Salib 1
Pada tahun 490 H/1096 M. sebuah pasukan salib yang dipimpin oleh
komandan Walter dapat ditundukkan oleh kekuatan Kristen Bulgaria. Kemudian
Peter yang mengkomandoi kelompok kedua pasukan salib bergerak melalui Hungaria
dan Bulgaria. Pasukan ini berhasil menghancurkan setiap kekuatan yang
menghalanginya. Seorang sultan negeri Nice berhasil menghadapinya bahkan
sebagian pimpinan salib berkenan memeluk lslam dan sebagian pasukan mereka
terbunuh dalam peperangan ini.
b.
Perang Salib 2
Dengan jatuhnya kembali kota Edesa oleh pasukan muslim, tokoh-tokoh
Kristen Eropa dilanda rasa cemas. St Bernard segera menyerukan kembali perang
salib melawan kekuatan muslim. Seruan tersebut membuka gerakan perang salib
kedua dalam sejarah Eropa. Beberapa penguasa Eropa menanggapi poiitif seruan
perang suci ini. Kaisar jerman yang bernama Conrad III, dan kaisar perancis
yang bernama Louis VII segera mengerahkan pasukannya keAsia. Namun kedua
paiukan ini iapat dihancurkan ketika sedang dalam perjalanan menuju Syiria.
Dengan sejumlah pasukan yang tersisa mereka berusaha mencapai Antioch, dan
Damaskus. Pengepungan Damaskus telah berlangsung beberapa hari, ketika Nuruddin
tiba di kota ini. Karena terdesak oleh pasukan Nuruddin, pasukan salib segera
melarikan diri ke Palestina, sementara Conrad III dan Louis VII kembali ke
Eropa dengan tangan hampa.
c.
Perang Salib 3
Jatuhnya Yerusalem dalam kekuasaan Salahuddin menimbulkan
keprihatinan besar kalangan tokoh-tokoh Kristen. Seluruh penguasa negeri
Kristen di Eropa berusaha menggerakkan pasukan salib lagi. Ribuan pasukan Kristen
berbondong-bondong menuju Tyre untuk berjuang mengembalikan prestis kekuatan
mereka yang telah hilang. Menyambut seruan kalangan gereja, maka kaisar Jerman
yang bernama Frederick Barbarosa, Philip August, kaisar Perancis yang bernama
Richard, beberapa pembesar kristen rnembentuk gabungan pasukan salib. Dalam hal
ini seorang ahli sejarah menyatakan bahwa Perancis mengerahkan seluruh
pasukannya baik pasukan darat maupun pasukan lautnya. Bahkan wanita-wanita
Kristen turut ambil bagian dalam peperangan ini. Setelah seluruh kekuatan salib
berkumpul di Tyre, mereka segera bergerak mengepung Acre. Salahuddin segera
menyusun strategi untuk menghadapi pasukan salib. Ia menetapkan strategi
bertahan di dalam negeri dengan mengabaikan saran para Amir untuk melakukan
pertahanan di luar wilayah Acre. Salahuddin harus berperang untuk menyelamatkan
wilayahnya setelah pasukan Perancis tiba di Acre.
d.
Perang Salib 4
Dua tahun setelah kematian Salahuddin berkobar perang salib keempat
atas inisiatif Paus Celestine III. Namun sesungguhnya peperangan antara pasukan
muslim dengan pasukan Kristen telah berakhir dengan usianya perang salib
ketiga. Sehingga peperangan berikutnya tidak banyak dikenal. Pada tahun 1195 M.
pasukan salib menundukkan Sicilia, kemudian terjadi dua kali penyerangan
terhadap Syria. Pasukan kristen ini mendarat di pantai Phoenecia dan menduduki
Beirut. Anak Salahuddin yang bernama al-Adil segera rnenghalau pasukan salib.
la selanjutnya menyerang kota perlindungan pasukan salib. Mereka kemudian
mencari tempat perlindungan ke Tibinim, lantaran semakin kuatnya tekanan dari
pasukan muslim, pihak salib akhirnya menempuh inisiatif damai. Sebuah
perundingan menghasilkan kesepakatan pada tahun 1198M, bahwa peperangan ini
harus dihentikan selama tiga tahun.
e.
Perang Salib 5
Belum genap mencapai tiga tahun, Kaisar Innocent III menyatakan
secara tegas berkobarnya perang salib ke lima setelah berhasil rnenyusun
kekuatan miliier. Jenderal Richard di lnggris menolak keras untuk bergabung
dalam pasukan salib ini, sedang mayoritas penguasa Eropa lainnya menyambut
gembira seruan perang tersebut. Pada kesempatan ini pasukan salib yang bergerak
menuju Syria tiba-tiba mereka membelokkan geiakannya menuju Konstantinopel.
Begitu tiba di kota ini, mereka membantai ribuan bangsa romawi baik laki-laki
maupun perempuan secara bengis dan kejam. pembantai ini berlangsung dalam
beberapa hari. Jadi pasukan muslim sama sekali tidak mengalami kerugian karena
tidak terlibat dalam peristiwa ini.
f.
Perang Salib 6
Pada tahun 613 H/1216M, Innocent III mengobarkan propaganda perang
salib ke enam. 250.000 pasukan salib, mayoritas Jerman, mendarat di Syria.
Mereka terserang wabah penyakit di wilayah pantai Syria hingga kekuatan pasukan
tinggal tersisa sebagian. Mereka kemudian bergerak menuju Mesir dan kemudian
mengepung kota Dimyat. Dari 70.000 personil, pasukan salib berkurang lagi
hingga tinggal 3.000 pasukan yang tahan dari serangkaian wabah penyakit.
Bersamaan dengin ini, datang tambahan pasukan yang berasal dari perancis yang
bergerak menuju Kairo. Narnun akibat serangan pasukan muslim yang
terus-menerus, mereka men jadi terdesak dan terpaksa rnenempuh jalan damai.
Antara keduanya tercapai kesepakatan damai dengan syarat bahwa pasukan salib
harus segera meninggalkan kota Dimyat.
g.
Perang Salib 7
Untuk mengatasi konflik politik internal, Sultan Kamil mengadakan
perundingan kerja sarna dengan seorang jenderal Jerman yang bernarna Frederick.
Frederick bersedia membantunya rnenghadapi musuh-musuhnya dari kalangan Bani
Ayyub sendiri, sehingga Frederick nyaris menduduki dan sekaligus berkuasa di
yerusalem. Yerusalem berada di bawah kekuasaan tentara salib sampai dengan
tahun 1244 M., setelah itu kekuasaan salib direbut oleh Malik al-shalih
Najamuddi al-Ayyubi atas bantuan pasukan Turki Khawarizmi yang berhasil melarikan
diri dari kekuasaan Jenghis Khan.
h.
Perang Salib 8
Dengan direbutnya kota Yerusalern oleh Malik al- Shalih, pasukan
salib kembali menyusun penyerangan terhadap wilayah lslam. Kali ini Louis IX,
kaisar perancis, yang memimpin pasukan salib kedelapan. Mereka mendarat di
Dirnyat dengan mudah tanpa perlawanan yang beranti. Karena pada saat itu Sultan
Malikal-shalih sedang menderita sakit keras sehingga disiplin tentara muslim
merosot. Ketika pasukan Louis IX bergerak menuju ke Kairo melalui jalur sungai
Nil, mereka mengalami kesulitan lantaran arus sungai mencapai ketinggiannya,
dan mereka juga terserang oleh wabah penyakit, sehingga kekuatan salib dengan
mudah dapat dihancurkan oleh pasukan Turan Syah, putra Ayyub. Setelah berakhir
perang salib ke delapan ini, pasukan Salib-Kristen berkali-kali berusaha
mernbalas kekalahannya, namun selalu mengalami kegagalan.
Perang
salib yang berlangsung lebih kurang dua abad membawa beberapa akibat yang
sangat berarti bagi perjalanan sejarah dunia. Perang salib ini menjadi
penghubung bagi bangsa Eropa mengenali dunia lslam secara lebih dekat yang
berarti kontak hubungan antara barat dan timur semakin dekat. Kontak hubungan
barat-timur ini mengawali terjadinya pertukaran ide antara kedua wilayah
tersebut. Pasukan salib merupakan penyebar keinginan bangsa Eropa dalam bidang
perdagangan dan perniagaan terhadap bangsa-bangsa timur.
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI PERSIA
Paham
syiah di kawasan Persia sangat dominan ketika dua dinasti ada yaitu Dinasti
Buwaihi dan Dinasti Shafawi. Dinasti buwaihi yang di pimpin oleh Al-Muthi pada
946 M merupakan dinasti besar dan kuat serta memiliki wilayah yang luas. Ketika
Muiz Al-Daulah memimpin, tanggal 10 Muharram (hari karbala) dijadikan hari besar kaum Syiah. Wilayah
kekuasaan mencakup Mausil, Rabi’ah, Miyafarqayn, Amid, Bakr dan Mudhar.
Dibidang kenegaraan pun, penyeleksian untuk pejabat dan pegawai negara begitu
hati-hati. Sistem keamanan yang dibangun begitu canggih pada masa itu. Dibidang
sains dan filsafat, Persia terkenal sebagai pusatnya para filsuf ternama dan
ulama terkemuka baik dari kaum Sunni ataupun Syiah.
Dinasti
Shafawi berdiri di Persia pada 1501 M ketika syah Ismail memproklamirkan
sebagai raja. Shafawi berasal dari tarekat shafawiyah. Perluasan wilayah pada masa
Dinasti Shafawi meliputi Syirwn, Azerbaijan dan Irak. Pada 1503 M, Ismail
selaku pemimpin pada masa itu, menghancurkan sisa-sisa tentara Ak Koyunli di
hamadzan, kemudian pada tahun 1504 M berhasil menduduki provinsi Kaspia dari
Mazandaran dan Gurgan. Diyar Bakr ditaklukan pada 1505 M, sedangkan Bagdad
berhasil ditaklukan pada 1508 M dan Khurasan pada 1510 M. dari segi arsitektur,
ibu kota Shafawi ialah kota yang sangat indah dengan berdirinya masjid-masjid,
perguruan tinggi, losmen, istana megah, jembatan besar diatas Sungai Zende Rud
dan taman bunga.
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI TURKI
Bangsa
Turki berhasil mendirikan dua dinasti yaitu dinasti Turki Saljuk dan dinasti
Turki Usmani. Saljuk berasal dari persatuan kabilah-kabilah dalam rumus Ghus. Mereka
tinggal di Tukistan di bawah kekuasaan raja Bighu. Karena wilayah mereka
bertetangga dengan dinasti Samani dan Ghaznawi, akhirnya keturunan Turki ini
memeluk Islam. Rumpun ini oleh Saljung lbnu Tuqaq dipersatukan dengan Salajiqah
yang pada akhirnya berhasil mendirikan dinasti Islam Salajiqah selama kurang
lebih 250 tahun (1055-1300 M).
Kehancuran
dinasti Turki Saljuk oleh serangan pasukan Mongol merupakan saat pembentukan
dinasti Turki Usmani, dinasti ini berpangkal pada sebuah suku kecil, yakni kabilah
Ughu. Semula mereka tingal di sebelah utara negara Cina. Karena tekanan-tekanan
dari bangsa Mongol, dengan dipimpin oleh Sulaman Syah mereka berpindah tempat
kearah barat hinga mereka bergabung dengan saudara seketurunan, yakni orang
Turki Saljuk, di Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertogrul (1280 M) mereka mengabdikan
diri kepada Sultan Saljuk, Allauddin, yang sedang berperang melawan Bizantine.
Atas kehebatan Ertogrul dan dukungan penuh dari anak buahnya, pasukan Saljuk
mendapat kemenangan melawan Bizantine.
Kerajaan
Turki Usmani telah mampu menciptakan pasukan militer yang mampu mengubah Negara
Turki menjadi mesin perang yang paling tangguh dan memberikan dorongan yang amat besar dalam
penaklukan negeri-negeri non Muslim. Bangsa-bangsa non Turki dimasukkan sebagai
anggota, bahkan anak-anak Kristen di asramakan dan dibimbing dalam suasana
Islam untuk dijadikan prajurit. Dengan jatuhnya jazirah Arab, maka imperium
Turki Usmani mempunyai wilayah yang luas sekali, terbentang dari Budapest di
pinggir sungai Thauna hingga ke Aswan dekat hulu sungai Nil dan dari sungai
efrat serta pedalaman Iran hingga Babel-Mandeb di selatan jazirah Arab. Kekuasaan
Turki Usmani terbagi menjadi lima periode, yaitu;
a.
Periode
pertama (1299-1402), yang dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama
sampai kehancuran sementara oleh serangan timur yaitu dari pemerintahan Usman I
sampai pemerintahan Bayazid.
b.
Periode
kedua (1402-1566), ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan
sampai ekspansinya yang terbesar. Dari masa Muhammad I sampai Sulaiman I.
c.
Periode
ketiga (1566-1699), periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk
mempertahankan wilayahnya. Sampai lepasnya Honggaria. Namun kemunduran segera
terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II.
d.
Periode
keempat (1699-1838), periode ini ditandai degan berangsur-angsur surutnya
kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah yang di tangan para penguasa wilayah,
dari masa pemerintahan Ahmad III sampai Mahmud II.
e.
Periode
kelima (1839-1922) periode ini ditandai dengan kebangkitan kultural dan
administrasi dari negara di bawah pengaruh ide-ide barat, dari masa
pemerintahan Sultan A. Majid I sampai A Majid II.
Ada
Lima faktor yang menyebabkan kesuksesan Dinasti Usmani dalam perluasan wilayah
Islam, yaitu;
a.
Kemampuan
orang-orang Turki dalam strategi perang terkombinasi dengan cita-cita
memperoleh ghanimah (harta rampasan perang).
b.
Sifat
dan karakter orang Turki yang selalu ingin maju dan tidak pernah diam serta
gaya hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan.
c.
Semangat
jihad dan ingin mengembangkan Islam.
d.
Letak
Istambul yang sangat strategis sebagai ibukota kerajaan juga sangat menunjang
kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa dan Asia. Istambul terletak antara dua
benua dan dua selat (selat Bosphaoras dan selat Dardanala) dan pernah menjadi
pusat kebudayaan dunia, baik kebudayaan Macedonia, kebudayaan Yunani maupun
kebudayaan Romawi Timur.
e.
Kondisi
kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang kacau memudahkan Dinasti Usmani
mengalahkannya.
Fase
kemunduran Turki Usmani berjalan secara perlahan semenjak kematian Sulaiman I Al-Qanuni,
hingga Usmani masih mampu bertahan selama lebih kurang tiga abad. Fase
kemunduran ini ditandai dengan melemahnya semangat perjuangan prajurit Usmani
yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam menghadapi sejumlah peperangan.
Ekonomi semakin memburuk dan sistem pemerintahan tidak berjalan semetinya.
Faktor yang menjadi penyebab runtuhnya Dinasti Turki Usmani yaitu;
a.
Luasnya
Wilayah Kekuasaan Usmani.
b.
Pemberontakan
Yennisary.
c.
Penguasa
Yang Tidak Cakap. Generasi penguasa Usmani sesudah Sulaiman al-Qanuni cenderung
lemah semangat perjuangannya.
d.
Merosotnya
Perekonomiannya Negara Akibat Peperangan.
e.
Stagnasi
Bidang Ilmu Dan Tegnologi.
f.
Tumbuhnya
Gerakan Nasionalisme.
g.
Kurang
Berkembangnya Ilmu Pengetahuan.
Ilmu
dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan
dalam kehidupan. Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan Ilmu dan
Teknologi ini karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer
yang tidak diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan
Usmani tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI ASIA SELATAN
Hancurnya
Bagdad pada 1258 M akibat infasi Mongol tidak saja mengakhiri kekhilafahan
Abbasiyah, tetapi mewarnai corak perkembangan politik dunia Islam secara
keseluruhan yang semula bersatu di bawah naungannya. Daulat-daulat kecil yang
semula kaki tangan khalifah terpecah dan berkesempatan untuk membangun kembali
negara Islam dikawasan tertentu, seperti di kawasan Asia Selatan (India).
Kondisi sosial keagaman di India sangatlah berbeda dimana orang-orang India
memiliki bahasa yang jauh berbeda dengan bahasa yang umumnya digunakan kaum
muslimin yaitu Arab dan Persia. Tradisi keagamaan pun berbeda jauh dengan
tradisi Islam dimana mereka penganut agama Budha. Anggapan agama Hindu bahwa
hanya mereka lah yang terbaik menjadi hambatan kemudahan Islamisasi di India.
Berikut
adalah beberapa periode pembentukan pemerintahan muslim di Asia Selatan,
khususnya di India, yakni;
a.
Periode Muhammad bin Qosim sampai Gaznawi
Ketika panglima Umayyah Muhammad bin Qosim menyerbu wilayah India
selama tiga tahun pemerintahan Umayyah periode Khalifah Al-Walid, menduduki
daera ini tepatnya di daerah Indus Bawah selanjutnya 300 tahun kemudian pasukan
Abbasiyah menggantikan dan menyempurnakan pendudukannya, ia mampu menguasai
India Utara dan Lahore. Kemudian melalui pelanjutnya Islam dikenalkan dan
dipelihara.
b.
Periode Kesultanan Delhi
Seorang jenderal Ghaznawi yaitu Ghiyatsuddin Muhammad dan Muizuddin
Muhammad, berhasil menyelamatkan wilayah-wilayah yang diwariskan kepadanya
setelah jatuhnya Ghaznawiyah oleh salah satu kelompok Abbasiyah. Dan melebarkan
ajarannya dengan menggunakan budak-budak dari daerah Ghuri hingga memasuki
kota-kota Dehli dan Ajmar. Dan sebab itulah ia dikenal sebgai panglima para
budak, Muhammad Ghuri. Kesuksesan di antara sultan-sultan budak dalam
memerintah disekitar India, selain menghasilkan kontrol politik juga mewarnai
proses Islamisasi. Salah satu caranya yaitu dengan menerjemahkan teks-teks
bahasa Arab dan Persia kedalam bahas lokal India. Dengan demikian pemikiran
Islam masuk kedalam masyarakat India. Pada (1290-1320 M) Sultan budak mulai
turun dan pada periode ini dipegang oleh keluarga Sayid dan keluarga Lodi.
c.
Kesultanan Mughal India
Ketika kekuasaan Islam di India dalam kondisi tidak jelas sehingga
mengalami kemunduran. Pada tanggal 21 April 1526 M terjadi pertempuran sangat
dasyat di Panipat. Ibrahim Lodi beserta
ribuan pasukannya terbunuh, dan Zahiruddin Babur mengikrarkan kemenangannya dan
menegakkan pemerintahanya. Dengan demikian munculnya kerajaan Mughal dan
berakhirnya kesultanan budak.
1.
Pemerintahan Babur
Pemerintahan ini diwarnai masa konsolidasi kekuasaan, raja-raja
Hindu dari India bangkit kembali dan mulai melepaskan dari kekuasaan Islam.
Pada 1530 M, Babur meninggal dunia dan menyerahkan kekuasannya kepada putra
sulungnya, Humayun.
2.
Pemerintahan Humayun
Periode pemerintahannya banyak diwarnai kerusuhan dan berbagai
pemberontakan. Pemerintahan Humayun di Dehli di serang oleh dinasti dari
Afganistan hingga pasukannya hancur, tapi Humayun dapat meloloskan diri ke
Persia. Di Persia ia mulai membangun kembali kekuatan militer, dan mencoba
merebut kekuasaan di Dehli.tahun 1555 M ia menyerbu dan berhasil merebut
kekuasaan. Tahun 1556 Humayun meniggal dan digantika oleh anaknya Jalaludin
Muhammad Akbar.
3.
Pemerintahan Akbar
Sultan Akbar terkenal dengan gagaan-gagasannya yang sangat radikal
dan liberal.masa pemerintahannya sangat berhasil dan cukup stabil, dikarenakan
adanya berbagai kebijakan sekalipun mementingkan persatuan politik dengan
banyak mengorbankan syariah Islam. Pada tahun 1606 M, Akbar meninggal dunia.
Kemajuan yang telah dicapainya telah dipertahankan oleh sultan selanjutnya.
4.
Pemerintahan Jahangir
Periode Jahangir (1605-1627 M) adalah masa-masa stabil. Jahangir
adalah sulta yang toleran dan memiliki kebijakan liberal. Ia menerapkan hukum
Islam hanya sebatas pada pengadilan saja.
5.
Pemerintahan Syah Jehan
Periode (1628-1658 M) pada periode ini dikembankan kembali
penaklukanwilayah sampai melampaui
batas-batas India, seperti Kandahar, Balkh, Badakhsan. Sultan Syah Jehan
berhasil menata politik negaranya, pembangunan ekonomi, sistem ekspor-impor
dalam perdagangan. Selain itu ada dua kebijakan putranya, Darsyikuh yang banyak
menggunakan hukum Hindu sedangkan Aurangzeb lebih menggunakan hukum Islam. Pada
akhirnya Darsyikuh dibunuh oleh Aurangzeb dan ayahnya. Syah jehan dipenjarakan
dan Aurangzeb mewarisi pemerintahan.
6.
Pemerintahan Aurangzeb
Periode Aurangzeb (1658-1707 M) banyak mecapai keberhasilan dalam
berbagai aspek. Ia menerapkan syariah Islam yang ketat dalam pemerintahannya.
Selain itu Aurangzeb mengawasi perkembangan dan kegiatan Agama diluar Islam di
India terutama Hindu.
7.
Pemerintahan Pasca-Aurangzeb
Sepeninggal Aurangzeb pada tahun 1707 M. Kesultanan Mughal
diperintah oleh generasi-generasi yang lemah sampai adanya koloni dagang
Inggris yang memberi jaminan dana bagi para Sultan dan mengambil pajak langsung
pada seluruh rakyat India atas jaminan Sultan ketika organisasi dagang ini
(EIC) mengalami berbagai kerugian. Dan terjadi pemberontakan diberbagai wilayah,
kehadiran Inggris tidak terkontrol, kemerosotan moral dikalangan istana,
menimbulkan kembali fanatisme non-muslim dan semua Sultan mengalami krisis
kepemimpin. Karena faktor-faktor tersebut berakhirlah peradaban Islam masa
Kesultanan Mughal India.
Salah
satu bukti sejarah adanya peradaban Islam di India yaitu Taj Mahal yang berdiri
kokoh di India.
ISLAM DI ASIA TENGGARA
Sejarah
masuk, tumbuh dan berkembangnya Islam di Asia Tenggara, khususnya aspek
kebudayaan dan peradaban, masih belum tersingkap seluruhnya. Mengenai tempat
asal datangnya Islam ke Asia Tenggara, ada tiga teori. Pertama teori yang
menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua teori yang
menyatakan
bahwa
Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar. Ketiga teori yang
menyatakan bahwa Islam datang dari Benggali (kini bangladesh). Bentuk peradaban
yang terbentuk antara kawasan di Asia Tenggara tidaklah sama, dikarenakan ada
perbedaan alur penyebaran dan kultur asli setempat.
a.
Brunei Darussalam
Islam
merupakan agama kerajaan Brunei Darussalam. Kesultanan Brunei telah
mengislamkan wilayah-wilayah yang berada dalam kekuasaannya. Kesultanan Brunei
semula merupakan persemakmuran Inggris sejak 1888 M, tetapi agama Islam masih
kental. brunei mengalami proses islamisasi ketika kerajaan telah berdiri.
Sebagai agama resmi, Islam mendapat perlindungan dari negara.
b.
Malaysia
Bahasa
Melayu adalah bahasa kedua setelah bahasa Islam. Islam menjadi agama resmi
negara federasi malaysia. Sistem pendidikan Islam tradisional tetap bertahan
dengan berdirinya pondok, surau dan madrasah sebagai pusat pengajaran agama
yang sangat penting. Di Malaysia, pendudk muslim tidak lebih dari 55% dari
seluruh jumlah penduduk. meskipun tidak semua penduduk muslim adalah Melayu,
secara konstitusional, orang Melayu mesti muslim.
c.
Thailand
Kedatangan
Islam telah terasa pada masa pemerintahan kerajaan Sukhotai di abad 13 M.
Perdagangan merupakan faktor utama penyebaran Islam ke Thailand pada masa
kerajaan Ayutthaya. Komunitas muslimThailand berpusat di provinsi bagian
selatan yang menginginkan kemerdekaan dan keikutsertaan mereka dalam bernegara
tidak mendapat tempat, akhirnya mereka menjadi bangsa yang diburu dan
ditaklukan. Di Thailand, kaum minoritas muslim dipandang dengan sikap negatif
sebagai orang khaek yang berarti dalam bahasa Thai adalah tamu.
d.
Filipina
Hubungan
antara kaum Muslim di Selatan (Moro) dan kaum penjajah Spanyol merupakan
konfrontasi abadi. Pascakolonialisme terjadi Kristenisasi dan Filipinanisasi
yang menyebabkan kegelisahan bagi kalangan umat Muslim yang berdomisili di
Filipina. Orang-orang Islam di Filipina menamakan diri mereka Moro. Mayoritas orang Moro adalah nelayan
dan petani. Islam merupakan sebuah komunitas minoritas di Filipina.
e.
Kamboja
Di
champa pernah terdapat kesultanan muslim beberapa abad yang lalu. Penduduk
muslim kamboja, sebagaimana kaum muslim lain, bersifat kosmopolitan. Mungkin
karena inilah penguasa kamboja masuk Islam di awal abad ketujuh belas. Namun
kaum muslim pernah mengalami pemusnahan terencana pada tahun 1975, namun kini
kaum muslim bebas melaksanakan kegiatan keagamaannya. Kebudayaan Islam
berasimilasi dengan kebudayaan penduduk Khmer yang pada dasarnya beragama
budha. Kaum muslim banyak berdomisili di kawasan sungai mekong.
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI INDONESIA
Perkembangan
peradaban Islam di Indonesia tidak lepas dari perab Wali Songo yang berarti
sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan
Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria,
serta Sunan Gunung Jati. Dakwah Islam menyebar sampai kekaisaran di Cina yaitu
Katon, Sumatra dan Kalingga sejak abad I
hijriyah (644-656 M). Islam sampai ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Arab,
Gujarat dan Persia.
Perlak
adalah tempat persinggahan para pedagang Arab dan Persia. Pada 839 M, berdiri
Kesultanan Perlak dengan ibu kota Bandar Perlak yang berganti nama menjadi
Bandar Khalifah. Sultan pertama Perlak adalah Sayyid ‘Alaihi Maulana Abdul Aziz Syah. Saat itu di Kesultanan
Perlak sudah dipergunakan syari’at Islam. Marcopolo menyebut Perlak The Law of
Muhammad. Pada 986 M Perlak diserang oleh Sriwijaya Buddha. Islamisasi di
nusantara melalui beberapa jalur, diantaranya;
a.
Perdagangan
Dalam hal ini penyebaran agama Islam dilakukan oleh para pedagang
Islam kepada pedagang-pedagang lain. Pada waktu berdagang, saudagar-saudagar
dari Gujarat, Persia dan Arab berhubungan atau bergaul dengan penduduk Indonesia.
Mereka berhasil mempengaruhi penduduk setempat hingga tertarik untuk menganut
agama Islam.
b.
Pernikahan
Seorang beragama Islam menikah dengan seorang beragama lain
sehingga pasangannya masuk Islam. Contoh: pedagang Islam dari Gujarat, Persia
dan Arab menetap di Indonesia dan menikahi
wanita Indonesia. Di antara wanita yang mereka nikahi adalah para putri
raja dan bangsawan. Berkat pernikahan itu, agama Islam menjadi berkembang.
Keturunan-keturunan mereka memeluk agama Islam. Sesudah rajanya memeluk Islam,
maka rakyatnya dengan mudah terpengaruh, sehingga mereka memeluk Islam.
c.
Pendidikan
Pendidikan agama Islam dilakukan dengan lembaga pesantren,
perguruan khusus agama Islam. Perguruan ini mendidik para santri dari berbagai
daerah. Setelah tamat, mereka mendirikan lembaga atau pondok pesantren di
daerah asal mereka. Dengan demikian, agama Islam berkembang dan menyebar ke
seluruh Indonesia.
d.
Dakwah
Penyebaran agama Islam juga banyak disebarkan oleh para juru dakwah
(mubaligh). Contoh: penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dilakukan oleh para
wali, yang kemudian terkenal dengan sebutan Wali Songo.
e.
Akulturasi dan Asimilasi Kebudayaan
Untuk mempermudah dan mempercepat berkembangnya agama Islam,
penyebaran agama Islam juga dilakukan melalui penggabungan dengan unsur-unsur
yang ada pada suatu daerah. Misalnya, penggunaan doa-doa Islam dalam upacara
adat, seperti kelahiran, selapanan, perkawinan, seni wayang kulit, beberapa
bangunan, ragam hias dan kesusastraan.
Kemajuan
peradaban Islam di Indonesia tidak lepas dari
periode Wali Songo, berikut wali-wali yang ikut andil bagian dalam
penyebaran Islam di Indonesia;
a.
Syekh Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy
diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad
Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandy, mengikuti pengucapan lidah
Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi. Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut
sebagai Syekh Maghribi. Sebagian rakyat juga menyebutnya Kakek Bantal. Ia
bersaudara dengan Maulana Ishaq, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus
ayah dari Sunan Giri (Raden Paku).
b.
Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama Raden Ali Rahmatullah ialah putera tertua dari
Maulana Malik Ibrahim. Sunan Ampel dikenal dengan nama Raden Rahmat ia lahir di
Campa pada 1401 M. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat di mana
ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampeldenta, wilayah yang kini menjadi
bagian dari Surabaya. Pada suatu hari diberangkatkanlah utusan dari Majapahit
ke negeri Campa untuk meminta Sayyid Ali Rahmatullah datang ke Majapahit untuk
mengatasi kemerosotan budi pekerti para adipati yang tak loyal lagi kepada
keturunan Prabu Hayam Wuruk yaitu Prabu Brawijaya Kertabumi dan kebiasaan buruk
kaum bangsawan dan para pangeran.
Sunan Ampel datang ke tanah Jawa bersama ayah dan adiknya, yaitu
Sayyid Ali Murtadha. Mereka singgah dulu ke daerah Gresik. Ketika Syekh Maulana
Malik Ibrahim atau Maulana Ibrahim Asmarakandi jatuh sakit dan meninggal dunia,
Sayyid Ali Murtadha kemudian meneruskan perjalanan, beliau berdakwah keliling
daerah Nusa Tenggara, Madura, dan sampai ke Bima. Di sana, beliau mendapat
sebutan Raja Pandita Bima dan akhirnya berdakwah di Gresik mendapat sebutan
Raden Santri, beliau wafat dan dimakamkan di Gresik. Sayyid Ali Rahmatullah
(Sunan Ampel) meneruskan perjalanan ke Majapahit menghadap Prabu Brawijaya
sesuai permintaan Ratu Dwarawati (bibinya sekaligus adik Dewi Candrawulan yang
dipersunting oleh Prabu Brawijaya, raja terakhir Majapahit).
Sunan Ampel dijodohkan dengan salah satu putri Majapahit yang
bernama Dewi Condrowati atau Nyai Ageng Manila. Dari pernikahannya itu, beliau
dikaruniai beberapa putra dan putri. Di antaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan
Drajat.
c.
Sunan Bonang
Sunan Bonang bernama asli Syekh Maulana Makdum Ibrahim, putra Sunan
Ampel dan Dewi Condrowati yang sering disebut Nyai Ageng Manila. Dengan
demikian Raden Makdum adalah salah seorang Pangeran Majapahit. Sewaktu masih
remaja, Radem Makdum Ibrahin dan Raden Paku meneruskan pelajaran agama Islam di
Pasai. Mereka belajar kepada Syekh Awalul Islam atau ayah kandung dari Sunan
Giri atau Raden Paku, yaitu Syekh Maulana Ishak.
d.
Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga memiliki nama asli Raden Said. Beliau putra Adipati
Tuban yaitu Tumenggung Wilatikta. Beliau lahir sekitar tahun 1450 M. Raden Said
pernah berguru kepada Sunan Bonang. Raden Said terkenal dengan nama Sunan
Kalijaga. Kalijaga artinya orang yang menjaga sungai. Karena dia pernah bertapa
di tepi sungai.
e.
Sunan Kudus
Sunan Kudus bernama asli Ja’far Shadiq, putra Raden Usman Haji yang
bergelar Sunan Ngudung dari Jipang Panolan dan
Syarifah (adik Sunan Bonang). Di samping belajar agama kepada ayahnya
sendiri, Raden Ja’far Shadiq juga belajar kepada beberapa ulama terkenal, di
antaranya Kiai Ageng Telingsing, Ki Ageng Ngerang, dan Sunan Ampel. Nama asli
Kiai Ageng Telingsing adalah The Ling
Sing, beliau adalah seorang ulama dari negeri Cina yang datang ke Pulau Jawa
bersama Laksamana Jenderal Cheng Hoo.
f.
Sunan Drajad
Sunan Drajad memilik nama asli Raden Qasim, beliau putra Sunan
Ampel dengan Dewi Condrowati dan merupakan adik dari Raden Makdum Ibrahim atau
Sunan Bonang. Raden Qasim diperintah ayahnya untuk berdakwah di sebelah barat
Gresik yaitu daerah kosong dari ulama besar antara Tuban dan Gresik. Kemudian
Raden Qasim membangun tempat dakwah yang strategis yaitu di bukit Dalem Duwur.
g.
Sunan Muria
Sunan Muria memilki nama asli Raden Umar Said. Beliau adalah putra
Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Dalam berdakwah, beliau menggunakan cara
halus. Tempat tinggal beliau di Gunung Muria yang salah satu puncaknya bernama
Colo. Letaknya di sebelah utara Kota Kudus. Sasaran dakwah beliau adalah para
pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata. Beliaulah satu-satunya wali yang
tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk
menyampaikan Islam.
h.
Sunan Gunungjati
Sunan Gunungjati memiliki nama asli Syarif Hidayatullah. Beliau
adalah putra pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina, Sultan Syarif
Abdullah Maulana Huda dengan Syarifah Hidayat Mudaim, seorang putri raja
Pajajaran. Syarif Hidayatullah meneruskan usaha Syekh Datuk Kahfi membuka
Pesantren Gunungjati. Sehingga Syarif Hidayatullah lebih dikenal dengan sebutan
Sunan Gunungjati. Dalam menyebarkan agama Islam di Jawa, beliau tidak bekerja
sendirian, beliau sering ikut bermusyawarah dengan anggota wali lainnya di
Masjid Demak. Bahkan beliau juga membantu berdirinya Masjid Demak. Dalam
berdakwah, Sunan Gunungjati menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas.
Namun beliau juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa
jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. Syarif Hidayatullah mendalami
ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke
berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu
kalangan ulama lain, ia mendirikan Kesultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai
Kesultanan Pakungwati. Dengan demikian Sunan Gunungjati merupakan pemimpin pemerintahan.
Dakwah
besar-besaran dari Samudra Pasai berhasil memunculkan kesultanan-kesultanan di
seluruh Nusantara mulai abad 15 hingga awal abad 19 M, di antaranya sebagai
berikut;
a.
Tahun
1402, berdiri Kesultanan Bandar Darussalam di Kalimantan Utara dengan Awang
Alang Bekatar, seorang Raja Brunei yang masuk Islam sebagai sultan pertamanya
dengan gelar Sultan Muhammad Syah.
b.
Tahun
1414, di Semenanjung Malaya berdiri Kesultanan Malaka. Kesultanan Islam ini
dikonversi dari Kerajaan Hindu oleh Parameswara, sang raja yang menjadi yang
menjadi sultan pertamanya dengan gelar Sultan Mecca Iskandar Syah.
c.
Tahun
1457, berdiri Kesultanan Sulu dipimpin oleh Paduka Maulana Mahesyari Syarif
Sultan Hasyim Abu Bakar sebagai sultan pertamanya.
d.
Tahun
1478, di Jawa berdiri Kesultanan Demak dengan Pangeran Jin Bun sebagai sultan
pertamanya dengan gelar Sultan Alam Akbar Al Fattah.
e.
Tahun
1487, di Gresik berdiri Kesultanan Giri dengan Raden Paku sebagai sultan
pertama dengan gelar Prabu Satmata.
f.
Tahun
1486, di Semenanjung Malaya berdiri Kesultanan Pattani dengan Payatul Na’pa,
seorang raja Budha yang masuk Islam sebagai sultan pertama dengan gelar Sultan
Islamil Syah.
g.
Tahun1486,
di Kepulauan Maluku berdiri Kesultanan Ternate dengan Sultan Zaenal Abidin
sebagai sultan pertama, dan Kesultanan Tidore dipimin oleh Zaelolo dan Bacca.
h.
Tahun
1511, di Aceh, kesultanan-kesultanan menggabungkan diri menjadi Kesultanan Aceh
Raya Darussalam dengan ibu kota di Banda Aceh dengan sultan pertamanya Sultan
Ali Mughayat Syah.
i.
Tahun
1524, berdiri Kesultanan Banten dengan sultan pertamanya Pengeran Sebakingking,
dengan gelar Sultan Maulana Hasanudin.
j.
Tahun
1528, Kesultanan Malaka dikuasai Portugis, di Semenanjung Malaya berdiri
Kesultanan Perlak dengan Sultan Ja’far Syah sebagai sultan pertama.
k.
Tahun
1530, di ujung Semenanjung Malaya berdiri Kesultanan Johor dipimpin oleh Sultan
Abidin Righayat Syah.
l.
tahun
1531, di Madura barat berdiri Kesultanan Arosbaya dengan Pratano sebagai sultan
pertama dengan gelar Panembahan Lemah Tuo.
m.
Tahun
1538, di Sulawesi Tenggara berdiri Kesultanan Buton, setelah Raja Buton yang
ke-6, yakni Timbang-timbangan atau Haluoleo memeluk agama Islam.
n.
Tahun
1539, di Sumatra Selatan berdiri kesultanan Palembang dengan Ki Gede Suro
sebagai sultan pertamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Thohir, Ajid. 2004. PERKEMBANGAN PERADABAN DI KAWASAN DUNIA ISLAM.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar