Kamis, 05 Juni 2014

Sejarah Singkat Peradaban Islam



ISLAM DAN REALITAS PERADABAN
Diturunkannya agama Islam oleh Allah SWT, menambah corak baru dalam sejarah. Bagi penganutnya, kaum muslimin dijanjikan oleh Al-quran akan menjadi kaum terbaik dalam sejarah umat manusia. Al-quran memiliki kandungan berkaitan dengan kehidupan manusia, sehingga pengamalan oleh kaum muslimin menciptakan produk-produk budaya, diantaranya; hukum, filsafat, seni, ekonomi, politik, sosial, sains dan lainnya. Islam membuktikan bahwa peradaban Islam penuh dengan corak yang mendominasi semua peradaban pada kala itu. Sekitar abad ke-13, peradaban Islam mendominasi kawasan di bumi ini, meliputi; Jazirah Arab, wilayah sungai Nil hingga Oxus, Balkan, Asia Selatan, Asia Timur hingga Asia Tengara. Namun corak peradaban yang terbentuk dari masing-masing wilayah tidaklah sama persis dikarenakan adanya pencampuran dengan peradaban wilayah masing-masing.
Islam sebagai agama yang mengandung peraturan dan perintah Allah SWT yang kebenarannya mutlak dan abadi. Hal ini dicantumkan dalam Al-quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-quran merupakan pedoman hidup bagi umat manusia yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Di dalam Al-quran dipaparkan aturan dan perintah Allah SWT secara garis besar dan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi yang memaparkan lebih rinci. Tujuan umumnya untuk menghapus berbagai kemusyrikan dan menggantinya dengan tauhid yang mengandung nilai-nilai akidah, syariah dan akhlak.
Menjelang Islam lahir, Jazirah Arab menjadi persilangan kekaisaran Romawi dan Kisra Persia. Kerajaan Romawi yang berpusat di Bizantinum telah menguasai seluruh semenanjung Laut Tengah, Asia Kecil termasuk semenanjung Arabia. Sementara kerajaan Persia yang berpusat di Madai’an Iraq telah menguasai kawasan Sungai Nil hingga Laut Hitam dan India, termasuk jazirah Arab Utara. Penduduk jajahan memperoleh perlakuan yang tidak manusiawi, jauh dari kelayakan seperti yang diajarkan dalam Islam. Istilah yang sangat familiar untuk peradaban sebelum Islam turun aitu Jahiliyah, dimana manusi bertindak layaknya binatang, tidak memiliki etika yang jelas. Untuk merubah hal tersebut Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasul menuju peradaban yang manusiawi dengan penuh kelayakan seperti yang dicantumkan dalam beberapa ayat Al-quran.
Muhammad lahir tanggal 12 Rabiul Awal (20 April 571-Syalabi, ketika Abrahah, Raja Yaman dengan pasukan bergajah menyerbu Ka’bah, sehingga tahun itu dinamakan tahun Gajah. Ia adalah putra Abdullah ibn Abdul Muthalib yang telah meninggal ketika putranya itu lahir sehingga ketika Muhammad lahir, ia sudah menjadi yatim yang kemudian dipelihara oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Sebagaimana kebiasaan orang Arab, maka diasuh oleh Halimah Sa’diyah di pedalaman hingga umur enam tahun. Disanalah Muhammad belajar bahasa Arab yang masih murni yang menjadikan lidahnya fasih. Ketika Muhammad diajak pergi untuk berziarah ke makam ayahnya, ibunyapun meninggal di Abwa’ yang terletak antara Makkah dan Madinah yang menyebabkan ia menjadi yatim dan piatu. Kakeknya bertanggungjawab atas anak yang telah ditinggal kedua orang tuanya itu. Tetapi kakeknyapun meninggal ketika beliau berumur delapan tahun.
Menjelang usianya yang keempat puluh, Muhammad sudah biasa memisahkan diri dari lingkungan masyarakat. Muhammad pergi ke Gua Hira, beberapa kilometer di Utara Makkah. Disana Muhammad mula-mula berjam-jam kemudian berhari-hari bertafakkur. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat Jibril muncul dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama yang artinya “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu itu Maha Mulia. Dia telah mengajar dengan Qalam. Dia telah mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui” (Q.S 96 : 1-5). Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Tuhan sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama. Dalam proses penantian berikutnya, turun wahyu yang membawa perintah kepada Rasulullah yang artinya “Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan dan Tuhanmu agungkanlah dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah”. (Q.S. AL-Mudatsir : 1-7). Dengan turunnya perintah itu mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secar diam-diam di lingkungannya sendiri, keluarga, dan sahabat-sahabat beliau yang paling karib. Mereka di seru kepada pokok-pokok agama islam yang disebut dalam ayat-ayat diatas yaitu, bertauhid kepada allah dan meninggalkan ilah dan berhala-berhala yang mereka sembah.
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota itu. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala Agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan Negara baru itu, ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, yaitu;
1.      Dasar pertama, pembangunan masjid, selain untuk tempat salat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, disamping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi.
2.      Dasar kedua, adalah ukhuwwah islamiyyah dan persaudaraan secara Muslim. Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin, orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Madinah dan Anshar, penduduk Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin tersebut.
3.      Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam Dimadinah, disamping orang-orang arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka.
4.      Dasar keempat ialah meletakkan landasan berpolitik, ekonomi dan kemasyarakatan bagi negeri Madinah  yang baru terbentuk. Dasar berpolitik dalam negeri Madinah antara lain ialah prinsip keadilan yang harus dijalankan kepada setiap penduduk tanpa pandang bulu. Kesamaan derajat antara manusia yang satu dengan yang lain, yang membedakan antara mereka  ialah ketaqwaan kepada Allah semata.
Kekuasaan tertinggi pemerintahan Islam bersandar pada kekuasaan Allah yang senantiasa menurunkan wahyu Al-quran kepada Nabi Muhammad, Hukum-hukum Allah (syariat Islam), sebagaimana yang terkandung di dalam Al-quran berlaku bagi seluruh ummat Islam, termasuk bagi Nabi sendiri yang menjabat sebagai penguasa negeri Islam. Dalam urusan-urusan yang tidak ditetapkan oleh Al-quran, maka keputusannya berada di tangan Nabi. Dalam urusan tersebut, kedudukan Muhammad adalah sebagai kepala pemerintahan. Jadi Nabi menjabat peran atau fungsi ganda yaitu sebagai fungsi kenabian dan fungsi kepemerintahan.
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN
1.      Khalifah Abu Bakar
Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah nama yang disandangkan (julukan) terhadap beliau sedangkan nama asli beliau adalah Abdullah bin Abi Quhafah bin ustman bin Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi Al-Quraishi. Berarti silsilah keturunannya dengan Nabi Muhammad Saw bertemu pada Murrah bin Ka’ab. Abu Bakar dilahirkan di lingkungan suku yang sangat berpengaruh pada tahun 573 M, dan suku yang juga banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ayahnya bernama Ustman (Abu Kuhafah) bin Amir, sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab.
Abu Bakar dilahirkan dua tahun setelah Kelahiran Nabi Muhammad Saw. Abdullah kemudian digelari Abu Bakar Asy Siddiq yang artinya “ Abu (Bapak ) dan Bakar ( Pagi), gelar Ash Siddiq diberikan kepada beliau karena beliau orang senantiasa membenarkan segala tindakan Rasulullah, terutama dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai didakwahkan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa Muhammad SAW dikarenakan sejak kecil ia telah mengenal keagungan Muhammad.
Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam shalat menggantikannya banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya (632 M) dilakukan musyawarah dikalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam.
Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah (pengganti Nabi) sebagaimana dijelaskan pada peristiwa Tsaqifah Bani Sa’idah, merupakan bukti bahwa Abu Bakar menjadi Khalifah bukan atas kehendaknya sendiri tetapi hasil dari musyawarah mufakat umat Islam. Dengan terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah maka mulailah beliau menjalankan kekhalifahannya baik sebagai pemimpin umat maupun sebagai pemimpin pemerintahan. Sistem politik Islam pada masa Abu Bakar bersifat sentral jadi kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat ditangan Khalifah meskipun demikian dalam memutuskan suatu masalah, Abu Bakar selalu mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Kebijaksanaan politik yang dilakukan Abu Bakar dalam mengemban kekhalifahannya diantaranya;
a.       Mengirim pasukan dibawah pimpinan Usamah bin Zaid untuk memerangi kaum Romawi sebagai realisasi dari rencana Rasulullah ketika beliau masih hidup.
b.      Timbulnya kemunafikan dan kemurtadan. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW wafat, maka segala perjanjian dengan Nabi menjadi terputus.
Adapun kebijakan di bidang pemerintahan yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah;
a.       Pemerintahan Berdasarkan Musyawarah
b.      Amanat Baitul Mal
c.       Konsep Pemerintahan
d.      Kekuasaan Undang-undang
Ada beberapa kebijaksanaan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut terhadap agama antara lain;
a.       Memerangi Nabi palsu,orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak mengeluarkan zakat.
b.      Pengumpulan Al-Qur’an    
c.       Ilmu Pengetahuan
Islam pada hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang harus dikembangkan dan didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah Islam, yaitu dengan dakwah dan perang. Setelah dapat mengembalikan stabilitas keamanan jazirah Arabiah, Abu Bakar beralih pada permasalahan luar negeri. Pada masa itu, di luar kekuasaan Islam terdapat dua kekuatan adidaya yang dinilai dapat menganggu keberadaan Islam, baik secara politisi maupun agama. Kedua kerajaan itu adalah Persia dan Romawi. Rasulullah sendiri memerintahkan tentara Islam untuk memerangi orang-orang Ghassan dan Romawi, karena sikap mereka sangat membahayakan bagi Islam. Mereka berusaha melenyapkan dan menghambat perkembangan Islam dengan cara membunuh sahabat Nabi. Dengan demikian  perang yang dilakukan oleh ummat Islam setuju untuk berperang demi mempertahankan Islam.
Pada tahap pertama Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia. Pada bulan Muharram tahun 12 H (6333 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai. Musanna dan pasukannya dikirim ke persia menghadapi perlawanan sengit dari tentara kerajaan Persia. Mengetahui hal itu, Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin Walid yang sedang berada di Yamamah untuk membawa pasukannya membantu Musanna. Gabungan kedua pasukan ini segera bergerak menuju wilayah persia. Kota Ubullah yang terletak di pantai teluk Persia segera diserbu. Pasukan Persia berhasil diporak-porandakan. Perang ini dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqi’ah Zat as-Salasil artinya peristiwa untaian Rantai.
Pada akhir minggu pertama Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah Abu Bakar jatuh sakit. Ia terserang demam yang sangat berat. Ia pun sadar bahwa penyakitnya itu akan membawa maut. Setelah 15 hari lamanya menderita penyakit itu wafatlah Abu Bakar Ash-Shiddiq pada 21 bulan Jumadil Akhir tahun 13 Hijriyah bertepatan tanggal 22 Agustus tahun 634 M. Lamanya memerintah 2 tahun 3 bulan 10 hari dikebumikan di samping makan Sahabatnya yang mulia Rasulullah SAW.
2.      Khalifah Umar bin Khattab
Memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, terlahir di Mekkah, dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Orangtuanya bernama Khatthab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan Hantamah binti Hasyim. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis. Pada masa membaca dan menulis merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasihat kepalanya. Kemudian setelah Abu Bakar meninggal pada tahun 634, Umar ditunjuk menggantikannya. Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk padfa tahun 636, yang terjadi di dekat Damaskus 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah pada tahun 636, di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad. Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab ekspansi Islam meliputi daerah Arabia, syiria, Mesir dan Persia. Karena wilayah Islam bertambah luas maka Umar berusaha mengadakan penyusunan pemerintah Islam dan peraturan pemerintah yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Susunan kekuasaan masa khalifah Umar terdiri dari Amiril Mukminin yang berkedudukan di ibu kota Madinah yang mempunyai wewenang kekuasaan dan Gubernur yang berkedudukan di ibu kota Propinsi yang mempunyi kekuasaan atas seluruh wiyalayah Propinsi. Tugas pokok pejabat, mulai dari Amiril Mukminin dan Gubernur beserta bawahannya bertanggung jawab atas maju mundurnya agama Islam dan Negara. Disamping itu mereka juga sebagai imam shalat lima waktu di mesjid.
Membentuk dewan-dewan negara guna menertibkan jalannya administrasi pemerintahan, dewan yang dibentuk yaitu;
a.       Dewan perbendaharaan Negara.
b.      Dewan tentara.
c.       Dewan pembentuk Undang-undang.
d.      Dewan kehakiman.
Khalifah Umar bin Khattab menetapkan perhitungan tahun baru, yaitu tahun hijriayah yang dimulai dari hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah (16 Juli 622 M). Saat itulah dimulainya tahun hijriayah yang pertama. Disamping itu, Khalifah Umar menetapkan lambang bulan sabit sebagai lambang negara. Hal ini diilhami oleh bendera pasukan khusus Rasulullah SAW yang menggambarkan bulan sabit.
Karya-karya besar Khalifah Umar yang lain adalah mendirikan Baitul Mal, membangun dan merenovasi masjid-masjid, seperti masjid haram (Mekah), masjid Nabawi ( Madinah ), Masjidil Aqsa dan masjid Umar ( Yerussalem ) dan masjid Amru bin ash (Fusthtf-Mesir). Memperluas wilayah-wilayah islam seperti, Romawi (13 H=634 M), Damaskus (14H=635 M), Baitul Makdis–Syiriah (18 H=639 M), Mesir 19 H=640 M), Babilon (20 H 641 M), Nahawan–Persia (21 H=642 M) dan Iskandariah (22 H=643 M).
Kesuksesannya dalam mengibarkan panji-panji Islam mengundang rasa dengki di hati orang yang memusuhinya, salah satunya adalah Abu Lu’luah yang berhasil membunuh Khalifah Umar ketika beliau siap-siap memulai shalat subuh. Abu Lu’luah merasa dendam kepada Umar karena beliau dianggap sebagai penyebab lenyapnya kerajaan persia di muka bumi. Abu Lu’luah adalah seorang dari bangsa persia.
Khalifah Umar pulang kerahmatullah pada tanggal 26 Dzulhijjah 23 H dalam usia 63 tahun. Beliau memegang amanat sebagai khalifah selama 10 tahun 6 bulan (13-23 H=634-644 M).
3.      Khalifah Usman bin Affan
Usman bin Affan adalah seorang saudagar kaya-raya dan salah seorang penulis wahyu yang terkenal. Usianya lima tahun lebih muda dari Nabi Muhammad saw. Sejak muda Utsman dikenal sebagai seorang pendiam, dan memiliki budi pekerti yang terpuji.
Di masa pemerintahan Usman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristall berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini. Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H 1655 M, Usman wafat pada usia 82 tahun, setelah memerintah selama 12 tahun. Ia menemui ajal saat membaca Al Quran oleh tikaman pedang Humron, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.
4.      Khalifah Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Tholib bin Abdul Mutholib merupakan putra dari paman Rasulullah dan suami dari Fatimah yang merupakan satu-satunya putri Rasul yang mempunyai keturunan. Sepanjang hayatnya, Ali bin Abi Thalib tidak pernah sujud dihadapan berhala. Sujud pertamanya dan sujud selamanya hanya untuk Allah SWT. Ia telah masuk islam di usia sepuluh tahun. Dialah anak-anak pertama dalam Islam. Bahkan sebagian mengatakan bahwa dialah muslim pertama setelah Rasulullah SAW.
Setelah peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan, kota Madinah dilanda ketegangan dan kericuhan. Orang-orang mendatangi Ali dan mereka membaiatnya. Ali sempat menolak namun mereka bersikukuh membaiat Ali bin Abi Tholib. Tindakan mereka itu didukung oleh kaum Muhajirin dan Anshar, serta kelompok-kelompok lainnya. Termasuk diantara yang membaiat Ali ialah Thalhah, Zubair, Abdullah bin Umar dan Sa’ad bin Abi Waqash. Ali dibaiat sebagai khalifah setelah terbunuhnya Usman di Madinah pada hari Jum’at 5 Dzulhijjah 35 Hijriah. Semua sahabat membaiatnya sebagai khalifah. Khalifah Ali bin Abi Thalib terkenal berani dan tegas dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya menegakkan keadilan, menjalankan undang-undang Allah SWT dan menindak segala macam kezaliman dan kejahatan. Sehingga sesudah ia dibaiat menjadi khalifah, dikeluarkannya dua ketetapan:
a.       Memecat kepala-kepala daerah yang diangkat Khalifah Utsman dan mengangkat pengganti pilihannya sendiri.
b.      Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagi-bagikan khalifah Utsman kepada famili-famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian Utsman kepada siapapun yang tiada beralasan diambil Ali kembali.
Langkah awal yang dilakukan khalifah Ali adalah menghidupkan kembali cita-cita Abu Bakar dan Umar, ia menarik kembali semua tanah dan hibah yang telah dibagikan Utsman kepada kerabat dekatnya menjadi milik negara. Ali juga melakukan pemecatan semua gubernur yang tidak disenangi oleh rakyat.  Ada banyak peperangan yang terjadi di masa ali, diantaranya;
a.       Perang Jamal / Perang Unta
b.      Perang Shiffin
c.       Perang Nahrawan
Kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu’awiyah yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij. Munculnya kelompok al-khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali Ra terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI ARAB PADA MASA DINASTI UMAYYAH
Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribukota di Damaskus) serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Kordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I. Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi'ah, dan terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.sepeninggal ali bin abi thalib, gubernur syam tampil sebagai penguasa islam yang kuat. Masa kekuasaannya merupakan awal kedaulatan bani ummayah. Muawiyah bin abu sufyan ibnu adalah pembangun dinasti bani ummayah dan sekaligus menjadi khalifah pertama. Ia memindahkan ibukota kekuasaan islam dari kuafah ke damaskus.
Dinasti bani umayah berkuasa hampir satu abad, tepatnya 90 tahun dengan 14 khalifah. Dimulai oleh Muawiyah dan ditutup oleh Marwan ibnu Muhammad, adapun urutan khalifah ummayah sebagai berikut;
a.       41H/661M  Muawiyah 1 Ibnu Abu Sofyan.
b.      60H/680M  Yazid1 Ibnu Muawiyah.
c.       64H/683M  Muawiyah 2 Ibnu Yazid.
d.      65H/685M  Marwan 1 Ibnu Hakam.
e.       65H/685M  Abdul Malik Ibnu Marwan.
f.       86H/705M  AL Walid 1 Ibnu Abdul  Malik.
g.      96H/715M  Sulayman Ibnu Abdul Malik.
h.      99H/717M  Umar Ibnu Abdul Aziz.
i.        101H/720M Yazid II Ibnu Abdul Malik.
j.        105H/724M  Hisyam Ibnu Abdul Malik.
k.      125H/743M  Al-Walid II bin Yazid II.
l.        126H/744M  Ibrahim Ibnu Al-Walid II.
m.    127-132H/744-750M  Marwan II Ibnu  Muhammad.
Kemajuan masa pemerintahan dinasti bani umayah yang paling menonjol adalah dibidang kemiliteran. Selama peperangan dengan militer Romawi pasukan arab mengambil teknik kemiliteran mereka dan memadukannya dengan sistem pertahanan yang telah dimiliki sebelumnya. Kekuatan pasukan dinasti umayah ini telah mencatat sukses-sukses besar dalam tugas-tugas ekspansi. Kemajuan kekuatan militer pada masa ini juga ditandai dengan terbentuknya angkatan laut Islam oleh Muawiyah mengarahkan para pakar kelautan untuk merancang pembuatan galangan perkapalan dipantai Syria.
Penguasa dinasti Umayyah pada umumnya mahir dalam seni arsitektur, mereka mencurahkan perhatiaannya demi kemajuan bidang ini hasilnya adalah sejumlah bangunan megah, Masjid baitul maqdis di Yerusalem pada masa Abdul malik pada tahun 691 M dan merupakan masjid pertama yang ditutup dengan kubah diatasnya. Dan juga masjid Al-Aqsa yang merupakan masjid terindah yang terdapat di Damaskus yang didirikan oleh Walid Ibnu Abdul Aziz dan arsitektur lainnya.
Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai melakukan sera serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian terus dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Terdapat banyak sebab yang mendukung hancurnya dinasti Umayyah, setelah berlangsung kurang lebih Sembilan puluh tahun. Tidaklah terlalu sulit untuk melacak sebab-sebab tersebut, berikut penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah;
a.       Ketidakcakapan para penguasa serta kejahatan perilaku mereka merupakan factor utama hancurnya kekuasaan dinasti ini.
b.      Egoisme para pejabat pemerintahan dan terjadinya sejumlah pembelotan militer. Pada umumnya para penguasa mempercayakan urusan pemerintahan kepada para pejabat Istana.
c.       Persaingan antarsuku. Permusuhan kelompok Arab Mudariyah dengan kelompok Himyariyah yang telah lama berlangsung, semakin memanas karena sikap para penguasa Umayyah yang memihak salah satu dari keduanya.
d.      Tidak adanya mekanisme dan aturan baku mengenai suksesi kepemimpinan.
e.       Perlakuan yang tidak adil terhadap non-Arab (mawali).
f.       Propaganda dan gerakan Abbasiyah secara gencar menyerang segi-segi negatif dan kelemahan sepanjang pemerintahan Umayyah.


PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA DINASTI ABBASIYAH
Dinasti Abbasiyah mewarisi imperium dari Dinasti Umayyah. Dinasti ini berkedudukan di Bagdad. Sepanjang dinasti ini berdiri kurang lebih tiga puluh tujuh khalifah pernah berkuasa dalam kurun waktu antara 750-1258 M. Lahirnya dinasti ini dikarenakan adanya konflik antara Muawiyah dan syiah, munculnya golongan Khawarij, banyaknya pemberontakan pada dinasti Umayyah dan adanya faham mawali yang berkaitan dengan ras. Abbasiyah merupakan kerabat nabi dimana mereka mengklaim hanya mereka lah yang berhak menjadi penerus sepeninggalnya nabi. Abbasiyah melakukan propaganda untuk meruntuhkan dinasti Umayyah. Setelah berdiri, dinasti Abbasiyah berusaha memusnahkan sisa-sisa dari keluarga Umayyah.
Kemajuan ilmu pengetahuan di dinasti Abbasiyah terutama pada masa kepemimpinan Harun Al-Rasyid ketika mendirikan sebuah lembaga keilmuan, dilengkapi dengan teropong bintang, perpustakaan terbesar dan pengadopsian ilmu pengetahuan dari Yunani. Keilmuan yang berkembang pesat yaitu ilmu dibidang agama, ilmu pengetahuan dan sains teknologi. Pada masa kepemimpinan Harun Al-Rasyid, dinasti Abbasiyah mencapai titik puncak yang diistilahkan golden age, dimana kemajuan berbagai bidang baik politik, ekonomi, pengetahuan, administrasi dan lainnya begitu pesat. Banyak ilmuwan dan kaum ahli lahir pada saat, contohnya Ibnu Shina. Setelah lama berjaya dinasti Abbasiyah rutuh dikarenakan adanya pertentangan internal keluarga, dimana terjadi konflik berkepanjangan yang berlanjut ke peperangan dan tidak terkendalinya sistem kenegaraan hingga muncul daulat-daulat kecil sehingga perpecahan dan keruntuhan tidak terelakan lagi.

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI SPANYOL
Sejak kemenangan pasukan Islam di bawah kekuasaan Dinasti Amawiyyah I Damaskus berhasil merebut dan mengintervensi berbagai kekuatan politik lainnya di Afrika Utara, Spanyol dengan serta-merta telah ikut menyempurnakan keberhasilan mereka. Di Spanyol, pada periode ini masyarakat muslim sunni betul-betul sedang mengalami masa kepemimpinan spiritual kekhalifahan yang mengambang dikarenakan ada faktor-faktor eksternal dan internal.
Spanyol tidak lagi sebagai Provinsi dari dunia Islam Timur, tapi telah berubah menjadi sebuah negara yang berdaulat (memiliki pemimpin utama, penduduk dan wilayah) bukan lagi sebuah Provinsi. “amir” atau “imarah” untuk wilayah ini bukan lagi sebagai Gubernur dan kegubernuran, tapi sudah mempunyai arti sebuah “kerajaan” atau Dinasti. Pergantian penguasa di Spanyol yaitu dengan jalan para amir yang sedang berkuasa menunjuk dan menentukan untuk penggantinya.
Amir Andalus sebagai pemerintah pusat di Spanyol yang berkedudukan di Istana Cordova sebagai kepala negara dan pemerintahan yang dibantu oleh seorang hajib yang diangkatnya sebagai orang kepercayaan utama. Tetapi pada periode-periode berikutnya, di bawah hajib ada kelembagaan. Sejak masa Al-Dakhil 756 M, istilah ke-Amiran sebagai sistem pemerintahan, masih terus digunakan. Kemudian, istilah ini diubah pada masa Abdurarhman Al-Nashir dengan sebutan kekhalifahan.
Sejak tahun 976 M sudah terasa kemunduran dalam menerapkan sistem kekhalifahan, dan puncak kebangkrutannya pada tahun 1031 M. Alasan ini bisa terjadi dikarenakan;
a.       Adanya keretakan antara kelas atas dan bawah.
b.      Secara demografis sudah terbentuk berbagai komunitas politik kesukuan.
Timbulnya dinasti-dinasti lokal yang secara umum membentuk kekuatan politik sendiri hingga membentuk suatu sistem kenegaraan kecil sendiri. Keragaman Islam di Spanyol sangat dipengaruhi oleh adanya struktur kehidupan sosial yang sangat beragam, yakni terdiri dari etnik Barbar, Arab, Muwalladun (penduduk pribumi), yahudi dan kristen serta para hamba sahaya.

PERANG SALIB
Perang Salib berjalan dalam waktu yang cukup lama, memakan korban yang cukup banyak, menghabiskan dana yang tidak terhitungkan, mendatangkan kerugian yang tak dapat dinilai dengan uang dan bahkan mengakibatkan dampak yang negatif bagi hubungan umat beragama. Disebut perang salib dikarenakan adanya dugaan bahwa pihak Kristen dalam melancarkan serangan tersebut didorong oleh motivasi keagamaan, selain itu mereka menggunakan simbol salib. Berikut ini adalah beberapa penyebab yang turut melatarbelakangi terjadinya perang salib;                                                                                                     
a.       Bahwa perang salib merupakan puncak dari sejumlah konflik antara negeri barat dan negeri timur, jelasnya antara pihak Kristen dan pihak muslim.
b.      Munculnya kekuatan Bani Saljuk yang berhasil merebut Asia Kecil dari Bizantium dan Baitul Maqdis dari Fatimiyah.
c.       Bahwa semenjak abad ke sepuluh pasukan muslim menjadi penguasa jalur perdagangan di lautan tengah.
d.      Propaganda Alexius Comnenus kepada Paus Urbanus II untuk membalas kekalahannya dalam peperangan melawan pasukan Saljuk.
Perang salib yang berlangsung dalam kurun waktu hampir dua abad, yakni antara tahun 1095 – 1291 M., terjadi dalam serangkaian peperangan sebagai berikut;
a.      Perang Salib 1
Pada tahun 490 H/1096 M. sebuah pasukan salib yang dipimpin oleh komandan Walter dapat ditundukkan oleh kekuatan Kristen Bulgaria. Kemudian Peter yang mengkomandoi kelompok kedua pasukan salib bergerak melalui Hungaria dan Bulgaria. Pasukan ini berhasil menghancurkan setiap kekuatan yang menghalanginya. Seorang sultan negeri Nice berhasil menghadapinya bahkan sebagian pimpinan salib berkenan memeluk lslam dan sebagian pasukan mereka terbunuh dalam peperangan ini.
b.      Perang Salib 2
Dengan jatuhnya kembali kota Edesa oleh pasukan muslim, tokoh-tokoh Kristen Eropa dilanda rasa cemas. St Bernard segera menyerukan kembali perang salib melawan kekuatan muslim. Seruan tersebut membuka gerakan perang salib kedua dalam sejarah Eropa. Beberapa penguasa Eropa menanggapi poiitif seruan perang suci ini. Kaisar jerman yang bernama Conrad III, dan kaisar perancis yang bernama Louis VII segera mengerahkan pasukannya keAsia. Namun kedua paiukan ini iapat dihancurkan ketika sedang dalam perjalanan menuju Syiria. Dengan sejumlah pasukan yang tersisa mereka berusaha mencapai Antioch, dan Damaskus. Pengepungan Damaskus telah berlangsung beberapa hari, ketika Nuruddin tiba di kota ini. Karena terdesak oleh pasukan Nuruddin, pasukan salib segera melarikan diri ke Palestina, sementara Conrad III dan Louis VII kembali ke Eropa dengan tangan hampa.
c.       Perang Salib 3
Jatuhnya Yerusalem dalam kekuasaan Salahuddin menimbulkan keprihatinan besar kalangan tokoh-tokoh Kristen. Seluruh penguasa negeri Kristen di Eropa berusaha menggerakkan pasukan salib lagi. Ribuan pasukan Kristen berbondong-bondong menuju Tyre untuk berjuang mengembalikan prestis kekuatan mereka yang telah hilang. Menyambut seruan kalangan gereja, maka kaisar Jerman yang bernama Frederick Barbarosa, Philip August, kaisar Perancis yang bernama Richard, beberapa pembesar kristen rnembentuk gabungan pasukan salib. Dalam hal ini seorang ahli sejarah menyatakan bahwa Perancis mengerahkan seluruh pasukannya baik pasukan darat maupun pasukan lautnya. Bahkan wanita-wanita Kristen turut ambil bagian dalam peperangan ini. Setelah seluruh kekuatan salib berkumpul di Tyre, mereka segera bergerak mengepung Acre. Salahuddin segera menyusun strategi untuk menghadapi pasukan salib. Ia menetapkan strategi bertahan di dalam negeri dengan mengabaikan saran para Amir untuk melakukan pertahanan di luar wilayah Acre. Salahuddin harus berperang untuk menyelamatkan wilayahnya setelah pasukan Perancis tiba di Acre.
d.      Perang Salib 4
Dua tahun setelah kematian Salahuddin berkobar perang salib keempat atas inisiatif Paus Celestine III. Namun sesungguhnya peperangan antara pasukan muslim dengan pasukan Kristen telah berakhir dengan usianya perang salib ketiga. Sehingga peperangan berikutnya tidak banyak dikenal. Pada tahun 1195 M. pasukan salib menundukkan Sicilia, kemudian terjadi dua kali penyerangan terhadap Syria. Pasukan kristen ini mendarat di pantai Phoenecia dan menduduki Beirut. Anak Salahuddin yang bernama al-Adil segera rnenghalau pasukan salib. la selanjutnya menyerang kota perlindungan pasukan salib. Mereka kemudian mencari tempat perlindungan ke Tibinim, lantaran semakin kuatnya tekanan dari pasukan muslim, pihak salib akhirnya menempuh inisiatif damai. Sebuah perundingan menghasilkan kesepakatan pada tahun 1198M, bahwa peperangan ini harus dihentikan selama tiga tahun.


e.       Perang Salib 5
Belum genap mencapai tiga tahun, Kaisar Innocent III menyatakan secara tegas berkobarnya perang salib ke lima setelah berhasil rnenyusun kekuatan miliier. Jenderal Richard di lnggris menolak keras untuk bergabung dalam pasukan salib ini, sedang mayoritas penguasa Eropa lainnya menyambut gembira seruan perang tersebut. Pada kesempatan ini pasukan salib yang bergerak menuju Syria tiba-tiba mereka membelokkan geiakannya menuju Konstantinopel. Begitu tiba di kota ini, mereka membantai ribuan bangsa romawi baik laki-laki maupun perempuan secara bengis dan kejam. pembantai ini berlangsung dalam beberapa hari. Jadi pasukan muslim sama sekali tidak mengalami kerugian karena tidak terlibat dalam peristiwa ini.
f.       Perang Salib 6
Pada tahun 613 H/1216M, Innocent III mengobarkan propaganda perang salib ke enam. 250.000 pasukan salib, mayoritas Jerman, mendarat di Syria. Mereka terserang wabah penyakit di wilayah pantai Syria hingga kekuatan pasukan tinggal tersisa sebagian. Mereka kemudian bergerak menuju Mesir dan kemudian mengepung kota Dimyat. Dari 70.000 personil, pasukan salib berkurang lagi hingga tinggal 3.000 pasukan yang tahan dari serangkaian wabah penyakit. Bersamaan dengin ini, datang tambahan pasukan yang berasal dari perancis yang bergerak menuju Kairo. Narnun akibat serangan pasukan muslim yang terus-menerus, mereka men jadi terdesak dan terpaksa rnenempuh jalan damai. Antara keduanya tercapai kesepakatan damai dengan syarat bahwa pasukan salib harus segera meninggalkan kota Dimyat.
g.      Perang Salib 7
Untuk mengatasi konflik politik internal, Sultan Kamil mengadakan perundingan kerja sarna dengan seorang jenderal Jerman yang bernarna Frederick. Frederick bersedia membantunya rnenghadapi musuh-musuhnya dari kalangan Bani Ayyub sendiri, sehingga Frederick nyaris menduduki dan sekaligus berkuasa di yerusalem. Yerusalem berada di bawah kekuasaan tentara salib sampai dengan tahun 1244 M., setelah itu kekuasaan salib direbut oleh Malik al-shalih Najamuddi al-Ayyubi atas bantuan pasukan Turki Khawarizmi yang berhasil melarikan diri dari kekuasaan Jenghis Khan.
h.      Perang Salib 8
Dengan direbutnya kota Yerusalern oleh Malik al- Shalih, pasukan salib kembali menyusun penyerangan terhadap wilayah lslam. Kali ini Louis IX, kaisar perancis, yang memimpin pasukan salib kedelapan. Mereka mendarat di Dirnyat dengan mudah tanpa perlawanan yang beranti. Karena pada saat itu Sultan Malikal-shalih sedang menderita sakit keras sehingga disiplin tentara muslim merosot. Ketika pasukan Louis IX bergerak menuju ke Kairo melalui jalur sungai Nil, mereka mengalami kesulitan lantaran arus sungai mencapai ketinggiannya, dan mereka juga terserang oleh wabah penyakit, sehingga kekuatan salib dengan mudah dapat dihancurkan oleh pasukan Turan Syah, putra Ayyub. Setelah berakhir perang salib ke delapan ini, pasukan Salib-Kristen berkali-kali berusaha mernbalas kekalahannya, namun selalu mengalami kegagalan.
Perang salib yang berlangsung lebih kurang dua abad membawa beberapa akibat yang sangat berarti bagi perjalanan sejarah dunia. Perang salib ini menjadi penghubung bagi bangsa Eropa mengenali dunia lslam secara lebih dekat yang berarti kontak hubungan antara barat dan timur semakin dekat. Kontak hubungan barat-timur ini mengawali terjadinya pertukaran ide antara kedua wilayah tersebut. Pasukan salib merupakan penyebar keinginan bangsa Eropa dalam bidang perdagangan dan perniagaan terhadap bangsa-bangsa timur.

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI PERSIA
Paham syiah di kawasan Persia sangat dominan ketika dua dinasti ada yaitu Dinasti Buwaihi dan Dinasti Shafawi. Dinasti buwaihi yang di pimpin oleh Al-Muthi pada 946 M merupakan dinasti besar dan kuat serta memiliki wilayah yang luas. Ketika Muiz Al-Daulah memimpin, tanggal 10 Muharram (hari karbala)  dijadikan hari besar kaum Syiah. Wilayah kekuasaan mencakup Mausil, Rabi’ah, Miyafarqayn, Amid, Bakr dan Mudhar. Dibidang kenegaraan pun, penyeleksian untuk pejabat dan pegawai negara begitu hati-hati. Sistem keamanan yang dibangun begitu canggih pada masa itu. Dibidang sains dan filsafat, Persia terkenal sebagai pusatnya para filsuf ternama dan ulama terkemuka baik dari kaum Sunni ataupun Syiah.
Dinasti Shafawi berdiri di Persia pada 1501 M ketika syah Ismail memproklamirkan sebagai raja. Shafawi berasal dari tarekat shafawiyah. Perluasan wilayah pada masa Dinasti Shafawi meliputi Syirwn, Azerbaijan dan Irak. Pada 1503 M, Ismail selaku pemimpin pada masa itu, menghancurkan sisa-sisa tentara Ak Koyunli di hamadzan, kemudian pada tahun 1504 M berhasil menduduki provinsi Kaspia dari Mazandaran dan Gurgan. Diyar Bakr ditaklukan pada 1505 M, sedangkan Bagdad berhasil ditaklukan pada 1508 M dan Khurasan pada 1510 M. dari segi arsitektur, ibu kota Shafawi ialah kota yang sangat indah dengan berdirinya masjid-masjid, perguruan tinggi, losmen, istana megah, jembatan besar diatas Sungai Zende Rud dan taman bunga.

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI TURKI
Bangsa Turki berhasil mendirikan dua dinasti yaitu dinasti Turki Saljuk dan dinasti Turki Usmani. Saljuk berasal dari persatuan kabilah-kabilah dalam rumus Ghus. Mereka tinggal di Tukistan di bawah kekuasaan raja Bighu. Karena wilayah mereka bertetangga dengan dinasti Samani dan Ghaznawi, akhirnya keturunan Turki ini memeluk Islam. Rumpun ini oleh Saljung lbnu Tuqaq dipersatukan dengan Salajiqah yang pada akhirnya berhasil mendirikan dinasti Islam Salajiqah selama kurang lebih 250 tahun (1055-1300 M).
Kehancuran dinasti Turki Saljuk oleh serangan pasukan Mongol merupakan saat pembentukan dinasti Turki Usmani, dinasti ini berpangkal pada sebuah suku kecil, yakni kabilah Ughu. Semula mereka tingal di sebelah utara negara Cina. Karena tekanan-tekanan dari bangsa Mongol, dengan dipimpin oleh Sulaman Syah mereka berpindah tempat kearah barat hinga mereka bergabung dengan saudara seketurunan, yakni orang Turki Saljuk, di Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertogrul (1280 M) mereka mengabdikan diri kepada Sultan Saljuk, Allauddin, yang sedang berperang melawan Bizantine. Atas kehebatan Ertogrul dan dukungan penuh dari anak buahnya, pasukan Saljuk mendapat kemenangan melawan Bizantine.
Kerajaan Turki Usmani telah mampu menciptakan pasukan militer yang mampu mengubah Negara Turki menjadi mesin perang yang paling tangguh dan  memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non Muslim. Bangsa-bangsa non Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen di asramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Dengan jatuhnya jazirah Arab, maka imperium Turki Usmani mempunyai wilayah yang luas sekali, terbentang dari Budapest di pinggir sungai Thauna hingga ke Aswan dekat hulu sungai Nil dan dari sungai efrat serta pedalaman Iran hingga Babel-Mandeb di selatan jazirah Arab. Kekuasaan Turki Usmani terbagi menjadi lima periode, yaitu;
a.       Periode pertama (1299-1402), yang dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan timur yaitu dari pemerintahan Usman I sampai pemerintahan Bayazid.
b.      Periode kedua (1402-1566), ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Dari masa Muhammad I sampai Sulaiman I.
c.       Periode ketiga (1566-1699), periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk mempertahankan wilayahnya. Sampai lepasnya Honggaria. Namun kemunduran segera terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II.
d.      Periode keempat (1699-1838), periode ini ditandai degan berangsur-angsur surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah yang di tangan para penguasa wilayah, dari masa pemerintahan Ahmad III sampai Mahmud II.
e.       Periode kelima (1839-1922) periode ini ditandai dengan kebangkitan kultural dan administrasi dari negara di bawah pengaruh ide-ide barat, dari masa pemerintahan Sultan A. Majid I sampai A Majid II.
Ada Lima faktor yang menyebabkan kesuksesan Dinasti Usmani dalam perluasan wilayah Islam, yaitu;
a.       Kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang terkombinasi dengan cita-cita memperoleh ghanimah (harta rampasan perang).
b.      Sifat dan karakter orang Turki yang selalu ingin maju dan tidak pernah diam serta gaya hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan.
c.       Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam.
d.      Letak Istambul yang sangat strategis sebagai ibukota kerajaan juga sangat menunjang kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa dan Asia. Istambul terletak antara dua benua dan dua selat (selat Bosphaoras dan selat Dardanala) dan pernah menjadi pusat kebudayaan dunia, baik kebudayaan Macedonia, kebudayaan Yunani maupun kebudayaan Romawi Timur.
e.       Kondisi kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang kacau memudahkan Dinasti Usmani mengalahkannya.
Fase kemunduran Turki Usmani berjalan secara perlahan semenjak kematian Sulaiman I Al-Qanuni, hingga Usmani masih mampu bertahan selama lebih kurang tiga abad. Fase kemunduran ini ditandai dengan melemahnya semangat perjuangan prajurit Usmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam menghadapi sejumlah peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan sistem pemerintahan tidak berjalan semetinya. Faktor yang menjadi penyebab runtuhnya Dinasti Turki Usmani yaitu;
a.       Luasnya Wilayah Kekuasaan Usmani.
b.      Pemberontakan Yennisary.
c.       Penguasa Yang Tidak Cakap. Generasi penguasa Usmani sesudah Sulaiman al-Qanuni cenderung lemah semangat perjuangannya.
d.      Merosotnya Perekonomiannya Negara Akibat Peperangan.
e.       Stagnasi Bidang Ilmu Dan Tegnologi.
f.       Tumbuhnya Gerakan Nasionalisme.
g.      Kurang Berkembangnya Ilmu Pengetahuan.
Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI ASIA SELATAN
Hancurnya Bagdad pada 1258 M akibat infasi Mongol tidak saja mengakhiri kekhilafahan Abbasiyah, tetapi mewarnai corak perkembangan politik dunia Islam secara keseluruhan yang semula bersatu di bawah naungannya. Daulat-daulat kecil yang semula kaki tangan khalifah terpecah dan berkesempatan untuk membangun kembali negara Islam dikawasan tertentu, seperti di kawasan Asia Selatan (India). Kondisi sosial keagaman di India sangatlah berbeda dimana orang-orang India memiliki bahasa yang jauh berbeda dengan bahasa yang umumnya digunakan kaum muslimin yaitu Arab dan Persia. Tradisi keagamaan pun berbeda jauh dengan tradisi Islam dimana mereka penganut agama Budha. Anggapan agama Hindu bahwa hanya mereka lah yang terbaik menjadi hambatan kemudahan Islamisasi di India.
Berikut adalah beberapa periode pembentukan pemerintahan muslim di Asia Selatan, khususnya di India, yakni;
a.      Periode Muhammad bin Qosim sampai Gaznawi
Ketika panglima Umayyah Muhammad bin Qosim menyerbu wilayah India selama tiga tahun pemerintahan Umayyah periode Khalifah Al-Walid, menduduki daera ini tepatnya di daerah Indus Bawah selanjutnya 300 tahun kemudian pasukan Abbasiyah menggantikan dan menyempurnakan pendudukannya, ia mampu menguasai India Utara dan Lahore. Kemudian melalui pelanjutnya Islam dikenalkan dan dipelihara.
b.      Periode Kesultanan Delhi
Seorang jenderal Ghaznawi yaitu Ghiyatsuddin Muhammad dan Muizuddin Muhammad, berhasil menyelamatkan wilayah-wilayah yang diwariskan kepadanya setelah jatuhnya Ghaznawiyah oleh salah satu kelompok Abbasiyah. Dan melebarkan ajarannya dengan menggunakan budak-budak dari daerah Ghuri hingga memasuki kota-kota Dehli dan Ajmar. Dan sebab itulah ia dikenal sebgai panglima para budak, Muhammad Ghuri. Kesuksesan di antara sultan-sultan budak dalam memerintah disekitar India, selain menghasilkan kontrol politik juga mewarnai proses Islamisasi. Salah satu caranya yaitu dengan menerjemahkan teks-teks bahasa Arab dan Persia kedalam bahas lokal India. Dengan demikian pemikiran Islam masuk kedalam masyarakat India. Pada (1290-1320 M) Sultan budak mulai turun dan pada periode ini dipegang oleh keluarga Sayid dan keluarga Lodi.
c.       Kesultanan Mughal India
Ketika kekuasaan Islam di India dalam kondisi tidak jelas sehingga mengalami kemunduran. Pada tanggal 21 April 1526 M terjadi pertempuran sangat dasyat di Panipat. Ibrahim Lodi  beserta ribuan pasukannya terbunuh, dan Zahiruddin Babur mengikrarkan kemenangannya dan menegakkan pemerintahanya. Dengan demikian munculnya kerajaan Mughal dan berakhirnya kesultanan budak.
1.      Pemerintahan Babur
Pemerintahan ini diwarnai masa konsolidasi kekuasaan, raja-raja Hindu dari India bangkit kembali dan mulai melepaskan dari kekuasaan Islam. Pada 1530 M, Babur meninggal dunia dan menyerahkan kekuasannya kepada putra sulungnya, Humayun.
2.      Pemerintahan Humayun
Periode pemerintahannya banyak diwarnai kerusuhan dan berbagai pemberontakan. Pemerintahan Humayun di Dehli di serang oleh dinasti dari Afganistan hingga pasukannya hancur, tapi Humayun dapat meloloskan diri ke Persia. Di Persia ia mulai membangun kembali kekuatan militer, dan mencoba merebut kekuasaan di Dehli.tahun 1555 M ia menyerbu dan berhasil merebut kekuasaan. Tahun 1556 Humayun meniggal dan digantika oleh anaknya Jalaludin Muhammad Akbar.
3.      Pemerintahan Akbar
Sultan Akbar terkenal dengan gagaan-gagasannya yang sangat radikal dan liberal.masa pemerintahannya sangat berhasil dan cukup stabil, dikarenakan adanya berbagai kebijakan sekalipun mementingkan persatuan politik dengan banyak mengorbankan syariah Islam. Pada tahun 1606 M, Akbar meninggal dunia. Kemajuan yang telah dicapainya telah dipertahankan oleh sultan selanjutnya.
4.      Pemerintahan Jahangir
Periode Jahangir (1605-1627 M) adalah masa-masa stabil. Jahangir adalah sulta yang toleran dan memiliki kebijakan liberal. Ia menerapkan hukum Islam hanya sebatas pada pengadilan saja.
5.      Pemerintahan Syah Jehan
Periode (1628-1658 M) pada periode ini dikembankan kembali penaklukanwilayah  sampai melampaui batas-batas India, seperti Kandahar, Balkh, Badakhsan. Sultan Syah Jehan berhasil menata politik negaranya, pembangunan ekonomi, sistem ekspor-impor dalam perdagangan. Selain itu ada dua kebijakan putranya, Darsyikuh yang banyak menggunakan hukum Hindu sedangkan Aurangzeb lebih menggunakan hukum Islam. Pada akhirnya Darsyikuh dibunuh oleh Aurangzeb dan ayahnya. Syah jehan dipenjarakan dan Aurangzeb mewarisi pemerintahan.
6.      Pemerintahan Aurangzeb
Periode Aurangzeb (1658-1707 M) banyak mecapai keberhasilan dalam berbagai aspek. Ia menerapkan syariah Islam yang ketat dalam pemerintahannya. Selain itu Aurangzeb mengawasi perkembangan dan kegiatan Agama diluar Islam di India terutama Hindu.
7.      Pemerintahan Pasca-Aurangzeb
Sepeninggal Aurangzeb pada tahun 1707 M. Kesultanan Mughal diperintah oleh generasi-generasi yang lemah sampai adanya koloni dagang Inggris yang memberi jaminan dana bagi para Sultan dan mengambil pajak langsung pada seluruh rakyat India atas jaminan Sultan ketika organisasi dagang ini (EIC) mengalami berbagai kerugian. Dan terjadi pemberontakan diberbagai wilayah, kehadiran Inggris tidak terkontrol, kemerosotan moral dikalangan istana, menimbulkan kembali fanatisme non-muslim dan semua Sultan mengalami krisis kepemimpin. Karena faktor-faktor tersebut berakhirlah peradaban Islam masa Kesultanan Mughal India.
Salah satu bukti sejarah adanya peradaban Islam di India yaitu Taj Mahal yang berdiri kokoh di India.

ISLAM DI ASIA TENGGARA
Sejarah masuk, tumbuh dan berkembangnya Islam di Asia Tenggara, khususnya aspek kebudayaan dan peradaban, masih belum tersingkap seluruhnya. Mengenai tempat asal datangnya Islam ke Asia Tenggara, ada tiga teori. Pertama teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua teori yang menyatakan
bahwa Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar. Ketiga teori yang menyatakan bahwa Islam datang dari Benggali (kini bangladesh). Bentuk peradaban yang terbentuk antara kawasan di Asia Tenggara tidaklah sama, dikarenakan ada perbedaan alur penyebaran dan kultur asli setempat.
a.      Brunei Darussalam
Islam merupakan agama kerajaan Brunei Darussalam. Kesultanan Brunei telah mengislamkan wilayah-wilayah yang berada dalam kekuasaannya. Kesultanan Brunei semula merupakan persemakmuran Inggris sejak 1888 M, tetapi agama Islam masih kental. brunei mengalami proses islamisasi ketika kerajaan telah berdiri. Sebagai agama resmi, Islam mendapat perlindungan dari negara.
b.      Malaysia
Bahasa Melayu adalah bahasa kedua setelah bahasa Islam. Islam menjadi agama resmi negara federasi malaysia. Sistem pendidikan Islam tradisional tetap bertahan dengan berdirinya pondok, surau dan madrasah sebagai pusat pengajaran agama yang sangat penting. Di Malaysia, pendudk muslim tidak lebih dari 55% dari seluruh jumlah penduduk. meskipun tidak semua penduduk muslim adalah Melayu, secara konstitusional, orang Melayu mesti muslim.
c.       Thailand
Kedatangan Islam telah terasa pada masa pemerintahan kerajaan Sukhotai di abad 13 M. Perdagangan merupakan faktor utama penyebaran Islam ke Thailand pada masa kerajaan Ayutthaya. Komunitas muslimThailand berpusat di provinsi bagian selatan yang menginginkan kemerdekaan dan keikutsertaan mereka dalam bernegara tidak mendapat tempat, akhirnya mereka menjadi bangsa yang diburu dan ditaklukan. Di Thailand, kaum minoritas muslim dipandang dengan sikap negatif sebagai orang khaek yang berarti dalam bahasa Thai adalah tamu.
d.      Filipina
Hubungan antara kaum Muslim di Selatan (Moro) dan kaum penjajah Spanyol merupakan konfrontasi abadi. Pascakolonialisme terjadi Kristenisasi dan Filipinanisasi yang menyebabkan kegelisahan bagi kalangan umat Muslim yang berdomisili di Filipina. Orang-orang Islam di Filipina menamakan diri mereka  Moro. Mayoritas orang Moro adalah nelayan dan petani. Islam merupakan sebuah komunitas minoritas di Filipina.
e.       Kamboja
Di champa pernah terdapat kesultanan muslim beberapa abad yang lalu. Penduduk muslim kamboja, sebagaimana kaum muslim lain, bersifat kosmopolitan. Mungkin karena inilah penguasa kamboja masuk Islam di awal abad ketujuh belas. Namun kaum muslim pernah mengalami pemusnahan terencana pada tahun 1975, namun kini kaum muslim bebas melaksanakan kegiatan keagamaannya. Kebudayaan Islam berasimilasi dengan kebudayaan penduduk Khmer yang pada dasarnya beragama budha. Kaum muslim banyak berdomisili di kawasan sungai mekong.

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI INDONESIA­
Perkembangan peradaban Islam di Indonesia tidak lepas dari perab Wali Songo yang berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Dakwah Islam menyebar sampai kekaisaran di Cina yaitu Katon, Sumatra dan  Kalingga sejak abad I hijriyah (644-656 M). Islam sampai ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Arab, Gujarat dan Persia.
Perlak adalah tempat persinggahan para pedagang Arab dan Persia. Pada 839 M, berdiri Kesultanan Perlak dengan ibu kota Bandar Perlak yang berganti nama menjadi Bandar Khalifah. Sultan pertama Perlak adalah Sayyid ‘Alaihi Maulana  Abdul Aziz Syah. Saat itu di Kesultanan Perlak sudah dipergunakan syari’at Islam. Marcopolo menyebut Perlak The Law of Muhammad. Pada 986 M Perlak diserang oleh Sriwijaya Buddha. Islamisasi di nusantara melalui beberapa jalur, diantaranya;
a.      Perdagangan
Dalam hal ini penyebaran agama Islam dilakukan oleh para pedagang Islam kepada pedagang-pedagang lain. Pada waktu berdagang, saudagar-saudagar dari Gujarat, Persia dan Arab berhubungan atau bergaul dengan penduduk Indonesia. Mereka berhasil mempengaruhi penduduk setempat hingga tertarik untuk menganut agama Islam.
b.      Pernikahan
Seorang beragama Islam menikah dengan seorang beragama lain sehingga pasangannya masuk Islam. Contoh: pedagang Islam dari Gujarat, Persia dan Arab menetap di Indonesia dan menikahi  wanita Indonesia. Di antara wanita yang mereka nikahi adalah para putri raja dan bangsawan. Berkat pernikahan itu, agama Islam menjadi berkembang. Keturunan-keturunan mereka memeluk agama Islam. Sesudah rajanya memeluk Islam, maka rakyatnya dengan mudah terpengaruh, sehingga mereka memeluk Islam.
c.       Pendidikan
Pendidikan agama Islam dilakukan dengan lembaga pesantren, perguruan khusus agama Islam. Perguruan ini mendidik para santri dari berbagai daerah. Setelah tamat, mereka mendirikan lembaga atau pondok pesantren di daerah asal mereka. Dengan demikian, agama Islam berkembang dan menyebar ke seluruh Indonesia.
d.      Dakwah
Penyebaran agama Islam juga banyak disebarkan oleh para juru dakwah (mubaligh). Contoh: penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dilakukan oleh para wali, yang kemudian terkenal dengan sebutan Wali Songo.
e.       Akulturasi dan Asimilasi Kebudayaan
Untuk mempermudah dan mempercepat berkembangnya agama Islam, penyebaran agama Islam juga dilakukan melalui penggabungan dengan unsur-unsur yang ada pada suatu daerah. Misalnya, penggunaan doa-doa Islam dalam upacara adat, seperti kelahiran, selapanan, perkawinan, seni wayang kulit, beberapa bangunan, ragam hias dan kesusastraan.
Kemajuan peradaban Islam di Indonesia tidak lepas dari  periode Wali Songo, berikut wali-wali yang ikut andil bagian dalam penyebaran Islam di Indonesia;
a.      Syekh Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandy, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi.  Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Maghribi. Sebagian rakyat juga menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishaq, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku).
b.      Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama Raden Ali Rahmatullah ialah putera tertua dari Maulana Malik Ibrahim. Sunan Ampel dikenal dengan nama Raden Rahmat ia lahir di Campa pada 1401 M. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat di mana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampeldenta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya. Pada suatu hari diberangkatkanlah utusan dari Majapahit ke negeri Campa untuk meminta Sayyid Ali Rahmatullah datang ke Majapahit untuk mengatasi kemerosotan budi pekerti para adipati yang tak loyal lagi kepada keturunan Prabu Hayam Wuruk yaitu Prabu Brawijaya Kertabumi dan kebiasaan buruk kaum bangsawan dan para pangeran.
Sunan Ampel datang ke tanah Jawa bersama ayah dan adiknya, yaitu Sayyid Ali Murtadha. Mereka singgah dulu ke daerah Gresik. Ketika Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Maulana Ibrahim Asmarakandi jatuh sakit dan meninggal dunia, Sayyid Ali Murtadha kemudian meneruskan perjalanan, beliau berdakwah keliling daerah Nusa Tenggara, Madura, dan sampai ke Bima. Di sana, beliau mendapat sebutan Raja Pandita Bima dan akhirnya berdakwah di Gresik mendapat sebutan Raden Santri, beliau wafat dan dimakamkan di Gresik. Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) meneruskan perjalanan ke Majapahit menghadap Prabu Brawijaya sesuai permintaan Ratu Dwarawati (bibinya sekaligus adik Dewi Candrawulan yang dipersunting oleh Prabu Brawijaya, raja terakhir Majapahit).
Sunan Ampel dijodohkan dengan salah satu putri Majapahit yang bernama Dewi Condrowati atau Nyai Ageng Manila. Dari pernikahannya itu, beliau dikaruniai beberapa putra dan putri. Di antaranya yang menjadi  penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat.
c.       Sunan Bonang
Sunan Bonang bernama asli Syekh Maulana Makdum Ibrahim, putra Sunan Ampel dan Dewi Condrowati yang sering disebut Nyai Ageng Manila. Dengan demikian Raden Makdum adalah salah seorang Pangeran Majapahit. Sewaktu masih remaja, Radem Makdum Ibrahin dan Raden Paku meneruskan pelajaran agama Islam di Pasai. Mereka belajar kepada Syekh Awalul Islam atau ayah kandung dari Sunan Giri atau Raden Paku, yaitu Syekh Maulana Ishak.
d.      Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga memiliki nama asli Raden Said. Beliau putra Adipati Tuban yaitu Tumenggung Wilatikta. Beliau lahir sekitar tahun 1450 M. Raden Said pernah berguru kepada Sunan Bonang. Raden Said terkenal dengan nama Sunan Kalijaga. Kalijaga artinya orang yang menjaga sungai. Karena dia pernah bertapa di tepi sungai.
e.       Sunan Kudus
Sunan Kudus bernama asli Ja’far Shadiq, putra Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung dari Jipang Panolan dan  Syarifah (adik Sunan Bonang). Di samping belajar agama kepada ayahnya sendiri, Raden Ja’far Shadiq juga belajar kepada beberapa ulama terkenal, di antaranya Kiai Ageng Telingsing, Ki Ageng Ngerang, dan Sunan Ampel. Nama asli Kiai Ageng Telingsing adalah  The Ling Sing, beliau adalah seorang ulama dari negeri Cina yang datang ke Pulau Jawa bersama Laksamana Jenderal Cheng Hoo.
f.       Sunan Drajad
Sunan Drajad memilik nama asli Raden Qasim, beliau putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati dan merupakan adik dari Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang. Raden Qasim diperintah ayahnya untuk berdakwah di sebelah barat Gresik yaitu daerah kosong dari ulama besar antara Tuban dan Gresik. Kemudian Raden Qasim membangun tempat dakwah yang strategis yaitu di bukit Dalem Duwur.
g.      Sunan Muria
Sunan Muria memilki nama asli Raden Umar Said. Beliau adalah putra Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Dalam berdakwah, beliau menggunakan cara halus. Tempat tinggal beliau di Gunung Muria yang salah satu puncaknya bernama Colo. Letaknya di sebelah utara Kota Kudus. Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata. Beliaulah satu-satunya wali yang tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk menyampaikan Islam.
h.      Sunan Gunungjati                             
Sunan Gunungjati memiliki nama asli Syarif Hidayatullah. Beliau adalah putra pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina, Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda dengan Syarifah Hidayat Mudaim, seorang putri raja Pajajaran. Syarif Hidayatullah meneruskan usaha Syekh Datuk Kahfi membuka Pesantren Gunungjati. Sehingga Syarif Hidayatullah lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunungjati. Dalam menyebarkan agama Islam di Jawa, beliau tidak bekerja sendirian, beliau sering ikut bermusyawarah dengan anggota wali lainnya di Masjid Demak. Bahkan beliau juga membantu berdirinya Masjid Demak. Dalam berdakwah, Sunan Gunungjati menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun beliau juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kesultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kesultanan Pakungwati. Dengan demikian Sunan Gunungjati  merupakan pemimpin pemerintahan.
Dakwah besar-besaran dari Samudra Pasai berhasil memunculkan kesultanan-kesultanan di seluruh Nusantara mulai abad 15 hingga awal abad 19 M, di antaranya sebagai berikut;
a.       Tahun 1402, berdiri Kesultanan Bandar Darussalam di Kalimantan Utara dengan Awang Alang Bekatar, seorang Raja Brunei yang masuk Islam sebagai sultan pertamanya dengan gelar Sultan Muhammad Syah.
b.      Tahun 1414, di Semenanjung Malaya berdiri Kesultanan Malaka. Kesultanan Islam ini dikonversi dari Kerajaan Hindu oleh Parameswara, sang raja yang menjadi yang menjadi sultan pertamanya dengan gelar Sultan Mecca Iskandar Syah.
c.       Tahun 1457, berdiri Kesultanan Sulu dipimpin oleh Paduka Maulana Mahesyari Syarif Sultan Hasyim Abu Bakar sebagai sultan pertamanya.
d.      Tahun 1478, di Jawa berdiri Kesultanan Demak dengan Pangeran Jin Bun sebagai sultan pertamanya dengan gelar Sultan Alam Akbar Al Fattah.
e.       Tahun 1487, di Gresik berdiri Kesultanan Giri dengan Raden Paku sebagai sultan pertama dengan gelar Prabu Satmata.
f.       Tahun 1486, di Semenanjung Malaya berdiri Kesultanan Pattani dengan Payatul Na’pa, seorang raja Budha yang masuk Islam sebagai sultan pertama dengan gelar Sultan Islamil Syah.
g.      Tahun1486, di Kepulauan Maluku berdiri Kesultanan Ternate dengan Sultan Zaenal Abidin sebagai sultan pertama, dan Kesultanan Tidore dipimin oleh Zaelolo dan Bacca.
h.      Tahun 1511, di Aceh, kesultanan-kesultanan menggabungkan diri menjadi Kesultanan Aceh Raya Darussalam dengan ibu kota di Banda Aceh dengan sultan pertamanya Sultan Ali Mughayat Syah.
i.        Tahun 1524, berdiri Kesultanan Banten dengan sultan pertamanya Pengeran Sebakingking, dengan gelar Sultan Maulana Hasanudin.
j.        Tahun 1528, Kesultanan Malaka dikuasai Portugis, di Semenanjung Malaya berdiri Kesultanan Perlak dengan Sultan Ja’far Syah sebagai sultan pertama.
k.      Tahun 1530, di ujung Semenanjung Malaya berdiri Kesultanan Johor dipimpin oleh Sultan Abidin Righayat Syah.
l.        tahun 1531, di Madura barat berdiri Kesultanan Arosbaya dengan Pratano sebagai sultan pertama dengan gelar Panembahan Lemah Tuo.
m.    Tahun 1538, di Sulawesi Tenggara berdiri Kesultanan Buton, setelah Raja Buton yang ke-6, yakni Timbang-timbangan atau Haluoleo memeluk agama Islam.
n.      Tahun 1539, di Sumatra Selatan berdiri kesultanan Palembang dengan Ki Gede Suro sebagai sultan pertamanya.





DAFTAR PUSTAKA


Thohir, Ajid. 2004. PERKEMBANGAN PERADABAN DI KAWASAN DUNIA ISLAM. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar